29. Sebuah Fakta

1.5K 223 27
                                    

.
.

Tak Bersayap
.
.
Happy reading


  Setelah insiden di dapur tadi, kini Ana sudah berada di kamar Deva kembali. Karena dokter yang di panggil papahnya sudah datang.

"Nah selesai, jangan banyak gerak ya nanti infus nya lepas,"Kata Dokter Hendri.

Yang di ajak bicara hanya mengangguk, dan memejamkan matanya lagi.

"Terus, gimana kondisi Kakak Dok?" Tanya Ana.

"Dia hanya kelelahan, untuk muntah nya karena asam lambung, seperti nya masuk angin juga,"jelas Dokter Hendri.

"Oh gitu ya Dok, iya sih kemaren Kakak habis dari pantai."

"Oh begitu, iya mungkin terlalu lama di sana, yasudah ini resep yang harus kamu tebus ya." Lalu dokter Hendri menyerahkan kertas resep nya

"Oh iya baik Dok, terimakasih."

"Nanti sore saya akan balik lagi, untuk cek dan lepas infus nya ya."

"Baik Dok."

"Yasudah, saya pamit dulu ya,"pamit dokter Hendri.

"Terimakasih Dok, mari aku antar"

Setelah mengantar dokter keluar, Ana pergi ke dapur, untuk mengambil bubur yang tadi dia buatnya.

"Gara-gara drama bubur gosong, jadi gue harus buat ulang,"dumel Ana.

Lalu Ana menuangkan bubur kedalam mangkuk.

Saat berniat ke kamar Deva, dia teringat kalo resep nya harus di tebus. Ana bingung kalo dia yang keluar kakak nya tak ada yang jaga.

"Gue minta bantuan siapa ya?" Gumam nya.

"Ah si El aja kali ya, Nara kan lagi gak ada."

Lalu Ana merogoh handphone dari saku baju nya.

Michelle elri

EL gue boleh minta tolong gak?
12.30

Kenapa Na?
12.35

Kakak gue sakit, gue belum tebus obat nya jadi gue minta tolong Lo buat ke apotek bisa?
12.38

Iya nanti ini gue baru balik, nanti gue langsung ke apotek.
13.00

Makasih EL, gue tunggu di rumah itu resep nya
13.02

Ficture

Iya
13.04

Read

"Udah beres."

Ana menepuk jidatnya,"Ah sampe lupa, kak Dev belum makan,"Lalu dia mengambil mangkuk bubur nya.

***

Dengan perlahan, Ana membuka pintu itu, saat masuk terlihat Deva sudah duduk menyender di bahu kasur.

"Kak apa masih pusing?"

"Hmm,"jawab nya cuek.

"Aku bawa bubur, makan dulu ya?"tawar Ana.

"Gue mual,"tolak Deva.

"Sedikit aja, supaya perut nya terisi,"bujuk Ana.

"Ya,"jawab nya cuek.

Ana mulai mengaduk bubur, dan menyodorkan satu suapan pada Deva.

TAK BERSAYAP | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang