39. Tekanan

1.5K 237 51
                                    

.
.

Tak Bersayap
.
.
Happy reading

Pembicaraan nya dengan EL kemarin, membuat Deva kepikiran. Kata kehilangan yang selalu menghantuinya saat ini. Bukan tanpa sebab dia seperti itu kehilangan berkali-kali cukup membuat nya hancur.

"Kak, kok makanan cuma di aduk-aduk aja?"tanya Ana, saat melihat kakak nya seperti tak bersemangat untuk makan.

Deva yang tersadar, lalu mulai memakannya.

"Kamu sakit?" Tanya sang Ayah.

"Enggak."

"Kalau sakit bilang ya Sayang,"sambung Mamah Antika.

"Hmm."

"Dev, hari ini jadwal kamu terapi kedua jangan lupa,"peringat Dimas.

"Iya."

"Mau aku temenin gak Kak?" Tawar Ana.

Deva tak menjawab, dia biasa langsung menolak tapi ini seperti sedang berpikir.

"Boleh tuh dek, soalnya Papah gak bisa Antar, mau ya Dev sama adek kamu?" Tanya Dimas.

"Aku bisa sendiri,"jawab Deva jutek.

"Tapi kamu butuh pendamping."

Deva berpikir ulang, iya juga saat di rumah sakit memang di butuhkan satu orang sebagai perwakilan keluarga.

"Yaudah."

"Beneran Kak?!" Tanya Ana yang tak percaya jika di di izinkan ikut.

"Ya."

"Yaudah karena hari kalian libur, jalan nya siang aja supaya di atur lagi waktunya." Lanjut Dimas lagi.

***

Siang hari nya, mereka sudah siap untuk pergi ke rumah sakit. Ana baru saja keluar rumah setelah tadi mengambil handphonenya yang tertinggal. S

"Kak naik motor?"tanya Ana, saat melihat Deva sedang menyalakan mesin motor kesayangan Kakaknya itu.

"Iya, Lo gak mau? Yaudah." Deva mulai menaiki motornya.

"Mau kak... Tunggu." Teriak Ana, lalu langsung ikut naik.

Dan akhirnya siang ini mereka bisa satu motor berdua lagi, walaupun tempat yang mereka tuju bukan tempat untuk bersenang-senang, tapi Ana bersyukur dia masih di kasih kesempatan berdua dengan Kakaknya.

"Kak selain bonceng aku, ada gak cewek yang pernah Kakak bonceng?!" Ana mengeraskan suaranya, karena terganggu oleh angin sehingga suaranya pasti tak akan terdengar.

Deva yang sayup-sayup mendengar pertanyaan adik tirinya itu dia merasa jengah, sudah dia duga pasti Ana akan mengoceh dan menanyakan hal yang tak jelas.

"Kok gak di jawab Kak?!" Tanya Ana kembali.

"Pertanyaan Lo gak penting," jawab Deva suaranya sangat pelan.

"Apa?! Gak kedengaran Kak! teriak Aja."

"Bacot Lo!" Balas Deva, lalu dengan cepat Deva menambahkan laju motornya.

Karena kaget Ana reflek memeluk pinggang Deva dengan erat, dia ketakutan motor Deva melaju di atas rata-rata.

"Kak jangan ngebut!"

TAK BERSAYAP | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang