48. Titik lemah

685 100 0
                                    

.
.

Tak Bersayap
.
.
Happy reading


    Semenjak kejadian tadi malam, Deva diam-diam selalu memperhatikan gerak gerik Ana. Dia hanya takut ancaman itu benar-benar di lakukan oleh orang itu.

"Dev, Kata dokter Natasya kamu kemarin absen kontrol?" Tanya Dimas

Deva  yang sedang fokus dengan sarapan nya langsung teralihkan dengan pertanyaan sang Ayah.

"Iya, lupa."

"Jangan begitu, kontrol itu penting buat kondisi kamu."

"Kondisi mental aku kan maksud Ayah?"

Seketika semua yang ada di sana terdiam. Sebenarnya Deva capek melakukan terapi itu semua, dia selalu merasa dirinya berbeda, dan rasanya apa yang dia lakukan itu percuma karena selalu ada tekanan yang dia rasakan.

"Kamu sudah janji kan untuk sembuh, jadi jalanin dan lakukan semua untuk diri kamu sendiri."

Antika dan Ana yang berada di sana ikut merasa kesedihan dari pancaran wajah Deva.

"Bener kata Ayah, kamu harus bisa lawan semuanya."

Deva tersenyum kecil, dia masih berusaha untuk mencari jalan keluar untuk masalah yang dia hadapi selama ini.

"Aku berangkat,"pamit Deva

Tak lama Ana pun ikut berpamitan,"Pah, Mah, aku juga berangkat ya."

"Iya sayang, titip Kakak ya jangan sampai dia banyak tekanan,"pesan Antika.

"Iya Mah, aku usahakan."

Setelah kedua anak nya pergi, Antika menatap suaminya,"Mas, kamu melihat perubahan yang aneh dari Deva?"

"Aku rasa begitu, semangat untuk sembuh seperti goyah kembali."

"Iya Mas, aku takut harapan dia yang sudah dia bangun malah berantakan lagi. Terlebih kalo semua itu di sebabkan oleh orang itu."

"Aku akan coba selidiki orang itu, karena aku curiga dengan kasus teror ini,"kata Dimas dengan serius.

"Apa Mas?"

"Aku belum yakin, aku akan pastikan dulu."

Antika pun hanya mengangguk.

***

Sejak sampai nya tadi, pandangan Bima tidak teralihkan dari sahabatnya itu. Wajah muram terlihat jelas, seperti terlalu banyak hal yang sedang di pikirkan.

"Lo kenapa dari tadi diem aja?" Tanya Bima.

"Gapapa," jawab Deva singkat.

"Orang itu makin ganggu Lo?" Tebak Bima.

Deva menoleh ke Bima.

"Benar Kan?"

"Orang itu udah berani teror si Ana."

Bima tersenyum kecil,"Dan itu artinya Lo udah mulai peduli sama dia?"

Deva berdecih,"Pikiran Lo terlalu jauh Bim, gue cuma gak mau ada orang yang terlibat dalam kasus gue ini."

"Ya deh gimana kata Lo aja, tapi kalo orang itu udah berani sentuh keluarga Lo, berarti orang itu gak main-main."

TAK BERSAYAP | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang