.
.Tak Bersayap
.
.Happy reading
Jalan bebatuan di daerah sana cukup membuat mereka yang melewati nya merasa kesulitan, apalagi di tambah beban bawaan sangatlah menguras tenaga.
Nara duduk sejenak, di pinggir jalan bebatuan itu, sedangkan Bima berjalan terus tanpa memperdulikan Nara yang kesusahan membawa ember satunya.
Ketika dia melihat Bima yang berjalan terburu-buru, dan alhasil airnya malah tumpah-tumpah.
"Bima! Itu airnya tumpah!" Teriak Nara,dan langsung menyusul Bima.
"Apaan sih berisik banget! Gak bersyukur gue bantuin," decak Bima, yang masih menenteng embernya.
"Tapi itu kan gue capek ngambilnya, sedangkan Lo bawa nya gak bener!" Dumel Nara lagi.
Bima pun berhenti, "Udah ngomel nya?" Tanya Bima menatap Nara.
Nara yang di tanya, malah diam seketika.
"Kenapa diem? Tadi ngedumel Mulu," kata Bima lagi.
"Ya lagian Lo nya sih," kata Nara, tak suka.
"Yaudah ayok, jalan lagi udah di tungguin yang lain," lalu Bima jalan kembali.
"Susah ya kalo dari sana nya udah nyebelin," celetuk Nara sendiri, dia pun menyusul Bima.
Sedangkan di belakang masih ada Deva dan Ana, mereka lumayan tertinggal jauh. Deva masih saja jalan di depan, tanpa memperdulikan Ana yang tertinggal di belakangnya.
Ana yang membawa satu ember besar mulai kesulitan menyeimbangkan badannya, karena kondisi ember yang terisi penuh.
"Berat banget sih," keluh Ana yang mulai capek.
Dia melihat ke depan, Kakaknya seakan lupa kalo di belakang masih ada dirinya.
"Kak Deva juga, jalan nya cepet banget," gumamnya lagi.
Tapi dengan sisa tenaganya, dia masih berusaha membawa ember itu, karena sudah menjadi tugasnya.
Di tengah perjalanan, Deva mencoba menoleh ke belakang, benar saja Ana masih tertinggal jauh darinya. Egonya tak peduli, tapi hati kecilnya berkata lain. Tanpa pikir lagi, Deva langsung putar balik.
"Nyusahin," cibir Deva, yang langsung mengambil ember dari tangan Ana, yang saat itu Ana sedang berhenti untuk beristirahat.
"Eh gak usah Kak, biar aku aja," kata Ana yang tau mau jika Deva harus membawa dua ember besar itu.
"Kalo nungguin Lo, bisa sampe besok di sini," jawabnya ketus.
Ana diam, mendengar perkataan Deva,
tanpa memperdulikan Ana, Deva langsung membawa kedua ember itu.
Ana yang sadar kepergian Deva langsung ikut menyusul.***
Ketika sampai Bima langsung menyimpan ember itu, di depan tenda Nara, dan teman-temannya.
Luna dan Sela menatap heran saat kedatangan Varo ke depan tenda.
"Lah kak Bima?" Kata Sela, heran sambil menunjuk Bima.
Tanpa memperdulikan tatapan mereka, Bima langsung pergi dari sana.
Tak lama Nara pun datang, karena tadi dia di tinggal Bima sendiri.
"Ihhh Nara, kok lama banget sih Lo," kata Luna, ketika melihat Nara yang baru saja sampai.
"Eh Lo kira bawa air gak berat?" Protes Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK BERSAYAP | TERBIT
FanfictionDevaliano Akhtar Bamantara memiliki trauma sejak kecil, hingga dia di vonis menderita gangguan mental lebih tepatnya kepribadian ganda. Semua di akibatkan karena suatu hal yang berujung dia harus kehilangan ibu dan adiknya dalam satu waktu. Berta...