38. Arti ketulusan

1.2K 231 28
                                    

.
.

Tak Bersayap
.
.
Happy reading

    Pagi ini kota Jakarta di guyur hujan, membuat siapapun malas untuk melakukan aktivitas di luar. Namun semua harus tetap di lakukan karena itu kewajiban.

Keluarga Dimas, sedang fokus sarapan, kali ini Deva terlihat di sana dan menikmati nasi goreng buatan Antika.

"Di luar hujan, kalian bawa mobil aja," suara Dimas mengalihkan ke dunya.

"Aku bisa pakai jas hujan." Sudah jelas, Deva akan menolak.

"Itu deras loh sayang, bahaya,"kata Antika.

"Udah biasa."

Dimas menghela napas,"Yasudah Ana, kamu sama Papah aja."

Ana nampak berpikir,"Kalo aku bareng Kakak aja boleh gak?" Ana menatap Deva, dengan wajah melasnya.

Deva menoleh,"Enggak, udah jelas kan itu bareng ayah aja."

"Tapi mau sama Kakak,"rengek Ana.

"Sayang nanti kalo boncengan pakai motor, terus hujan lagi nanti kalian bahaya loh." Antika sedikit khawatir dengan keinginan putrinya.

Ana langsung mengerucutkan bibirnya,"Yaudah deh, aku sama Papah aja,"pasrah Ana.

Kini Deva kerepotan dengan jas hujan nya, dia harus lebih rapih memakai nya supaya pas datang ke sekolah dia tidak basah kuyup.

Deva dari tadi berusaha mengsletingkan jas itu, tapi entah kenapa jas H Jan itu sedikit macet.

Ana yang baru saja keluar, pandangan nya langsung ke arah Kakaknya.
Dengan sigap Ana menghampiri, dan mengambil alih resleting itu,"Biar aku bantu ya Kak," perlahan resleting itu bisa di naikan.

Deva mengangkat wajahnya, lalu menatap Ana. Mengapa dari tadi dia tak bisa sedangkan Ana dengan mudahnya melakukan itu.

"Nah, kan gini enak,"kata Ana sambil merapihkan sedikit jas hujannya.

Seperti angin lalu apa yang di lakukan Ana, karena Deva hanya abai dan langsung mengambil helm lalu pergi begitu saja.

"Hati-hati ya Kak!" Teriak Ana, ketika Deva sudah keluar gerbang.

***

Deva baru saja masuk ke dalam kelasnya, keadaan kelas masih terlihat sepi mungkin murid lain masih terjebak hujan bahkan mungkin banyak yang bolos.

"Lo pake motor?" Tanya Nata.

"Iya."

"Kan hujan lumayan gede Loh Dev."

"Terus guna nya jas hujan apaan?"

"Oh iya ya, eh tapi Ana ke sekolah naik apa?"

Deva menghela napas malas,"Mana gue tau,"jawab Deva  cuek.

"Dih kan Lo satu rumah, masa gak tau?"

"Emang gue harus perhatiin dia setiap detik gitu?"

"Ya enggak juga."

Pas banget saat Nata menoleh ke arah jendela yang mengarah ke koridor, dia melihat Ana yang lewat di sana.

"Ana!" Panggil Nata, lalu berlari ke arah Ana.

TAK BERSAYAP | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang