14. Rasa Peduli

2K 283 30
                                    

.
.

Tak Bersayap
.
.
Happy reading

    Di kediaman Dimas, masih terlihat sama seperti pagi tadi, pertengkaran yang terjadi membuat seisi rumah tak saling sapa satu sama lain.

Mereka sedang menonton televisi, tapi seakan tak perduli dengan apa yang mereka tonton. Ana yang posisi nya di tengah Mamah, Papahnya merasa jengah, karena dari tadi mereka hanya diam.

"Ini mau sampai kapan sih, dieman gini?" Tanya Ana, memecahkan keheningan itu.

Sedangkan kedua nya hanya fokus ke depan televisi, tapi Ana tau pikiran mereka tuh gak di sana.

"Apa aku terlalu jahat sama Deva, tapi entah kenapa aku selalu tidak suka  dengan sikap dia semenjak kejadian itu," gumam Dimas dalam hati.

"Pah," panggil Ana, menepuk pelan paha sang Papah.

"Kenapa dek?"

"Dengerin aku ngomong gak sih?" Kesal Ana.

"Iya kenapa sayang?" Tanya Dimas kembali.

"Mamah, sama Papah mau terus dieman gini?"

"Mamah sih biasa aja, Papahnya aja yang sensian,"kata Antika.

"Kalo kamu gak mancing emosi, aku gak akan kaya gitu,"lanjut Dimas.

"Duhh kenapa jadi ribut lagi sih,"kesal Ana.

"Yaudah kalo kalian masih kaya gini, aku ke kamar aja,"ancam Ana.

"Ehh sayang, jangan dong,"cegah Antika.

"Lagian kalian kaya anak kecil, ribut terus,"dumel Ana.

Sedangkan Dimas, dan Antika masih saja diam.

"Yaudahlah, gak ada yang mau ngalah," kata Ana, yang  berniat pergi dari sana.

"Iya.. iya Papah ngalah, papah salah,"kata Dimas pasrah.

"Gitu dong jangan egois," timpal Antika.

"Satu lagi Pah,"sambung Ana

"Apa?"

"Papah harus minta maaf, sama Kak Dev, soal kejadian kemarin," kata Ana dengan tatapan tajam nya.

Dimas langsung diam, kaget dengan permintaan putrinya itu.

"Padahal simpel ya, tapi kenapa kayanya Mas susah banget,"sindir Antika.

"Gimana Pah?"tanya Ana Kemabli.

"Ya,"jawab Dimas pelan.


***

"Yakin kamu mau pulang?"tanya Rena memastikan.

"Iya Bun, gak enak kalo aku numpang di sini terus,"jawab Deva.

"Kamu itu anak Bunda, jadi gak usah ngomong gitu."

"Iya Bun, maaf."

"Yaudah, gue anterin Lo balik,"kata Bima yang sedari tadi di sana.

"Gue kan bawa motor."

"Tinggal aja sih, ribet,"kata Bima.

"Iya sayang, sama Bima  aja ya,"bujuk Rena.

"Yaudah deh, aku pulang ya Bun,"pamit Deva, lalu mencium tangan dan memeluk hangat bunda Bima.

"Hati-hati, bawa mobil nya Bim,"peringat Rena.

TAK BERSAYAP | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang