44. Dukungan moral

1.2K 209 29
                                    

.
.

Tak Bersayap
.
.
Happy reading

  Semenjak pulang sekolah tadi Deva tak langsung  pulang ke rumah, dia memilih pergi ke markas Eagle boys. Di sana juga ada Bima dan yang lain mereka dengan kompak menemani Deva yang memang kondisinya masih labil.

"Gue penasaran sama orang yang tiba-tiba masuk grup."  Nata memecahkan suasana yang sedari tadi sunyi.

"Gue rasa ada orang dalam, gak mungkin kalo bukan anak sekolah kita bisa masuk grup sekolah,"sambung Ervan.

"Lo ada masalah sama orang Dev?"  Ervan menatap Deva, yang sedari tadi hanya diam.

"Jujur aja Dev, siapa tau kita bisa bantu,"sahut Nata.

Deva masih takut untuk bercerita, dia tak mau melibatkan sahabat-sahabat nya. Apalagi ini bisa saja membahayakan mereka.

Deva menggeleng,"Gak ada, gue gak tau orang itu siapa."

Bima yang mendengar tersenyum getir, benar saja dugaannya, Deva tak akan pernah mau jujur. Bima paham pasti ada ketakutan yang berlebih dari Deva terhadap para sahabatnya.

"Yakin?" Ervan meyakinkan kembali.

"Iya."

"Tapi Dev Lo mau menghindar gimana pun, Lo gak bisa ngelak lagi kalo kenyataan nya semua orang udah tau faktanya." Lanjut Alex, memberi pemahaman.

"Kali ini gue setuju sama Alex, gue tau Lo gak sepenuhnya benci keluarga baru Lo Itu, gue yakin dalam hati kecil Lo masih punya rasa kasih sayang buat mereka,"sambung Nata.

Deva menatap satu persatu dari mereka, ucapan mereka tidak ada yang salah tapi dirinya yang belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri.

"Thanks."

Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Deva, lalu dia pergi meninggalkan markas.

"Apa kita salah ngomong?" Tanya Nata bingung.

"Gak ada yang salah, mungkin Deva belum bisa terima masukan aja," kata Ervan.

"Yaudah yang penting kita jangan tinggalin dia, yang dia butuhkan sekarang cuma dukungan dari kita,"sambung Bima.

"Tapi aman gak tuh dia balik sendiri?" Tanya Nata yang merasa khawatir.

"Insyaallah aman."

"Gue balik duluan ya, bunda gue udah suruh pulang,"pamit Bima.

"Yaudah hati-hati bro."

***

Sebelum Deva  pulang kerumah, dia menyempatkan mengunjunginya makam bunda nya, hanya untuk sekedar menceritakan tentang hari ini.

"Bunda pasti bosan, setiap aku ke sini aku selalu bercerita kesedihan aku, maaf aku belum bisa seperti yang bunda mau." Tatapan nya lirih terlihat jelas banyak hal yang dia rasakan saat ini.

"Yaudah aku pamit pulang ya bun, nanti aku ke sini lagi," pamit Deva, lalu dengan lembut mencium batu nisan sang bunda.

Deva beranjak dari sana, hari juga sudah sore. Saat dia baru saja ingin keluar dari area makam handphonenya berbunyi tanda pesan masuk. Kondisi handphonenya setengah retak karena akibat dia banting tadi pagi, namun masih bisa dia gunakan.

Nomer yang tertera adalah nom3 yang berbeda lagi seperti nya memang orang itu selalu berganti-ganti.

0816736Xxx
Saya tau kamu sedang di makam bunda mu itu.
17.12

TAK BERSAYAP | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang