.
.Tak Bersayap
.
.
Happy reading
Pagi ini suasana di antara Deva dan sahabatnya terasa berbeda. Sejak datang tadi Deva hanya diam di rooftop, dan memilih menghindar dari mereka semua."Jadi Lo di sini?"
Suara itu mengalihkan lamunannya, Deva menoleh ke sumber suara dan ternyata benar orang itu Bima. Tak lupa di belakang nya ada Alex dan yang lainnya.
Deva menghela napas,"Hmm.."
"Kalo tujuan Lo menghindar dari kita, tindakan Lo salah Dev," kata Alex.
Deva menatap Alex, tatapan itu seperti mempertanyakan apa maksud ucapan nya itu.
"Kenapa? Lo takut kalo kita gak bisa terima kondisi Lo?" Lanjut Alex.
Deva langsung memalingkan wajahnya.
Ervan mendekat lalu menepuk bahu Deva,"Lo gak usah overthinking, kalo Lo mikir kita bakal jauhin Lo, berarti Lo belum anggap kita sahabat."
Deva menunduk, sebenarnya dia merasa tak enak hati dengan sikap nya seperti itu. Tapi rasa takut mengalahkan kata hati kecilnya.
"Benar kata Ervan, kalo Lo anggap kita sahabat, berarti Lo juga harus percaya kalo kita itu tulus terima Lo apa ada nya,"lanjut Nata.
"Sorry." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Deva.
"Lagian berkali-kali kita udah bilang, kita gak akan paksa buat lo cerita, selagi Lo udah siap, pasti dengerin kok."
Kata-kata dari Ervan, selalu membuat hatinya terketuk. Memang itu gunanya sebagai sahabat, tapi menurut Deva tidak semua hal bisa dia ceritakan pada orang lain termasuk sahabatnya sendiri.
"Gue bukan bermaksud gak jujur, atau gak percaya sama kalian. Gue cuma takut buat cerita karena.."
"Gak usah Lo jawab, kita juga paham,"potong Bima.
"Ya udahlah, kita masing-masing punya kekurangan, kita coba saling melengkapi aja,"sahut Nata.
"Sok bijak Lo," cibir Alex.
"Ya emang gue bijak, kenapa sirik?"
"Nah kaya nya lebih asik kalo liatin Alex sama Nata debat." Kata Bima, dan di sambut gelak tawa mereka.
Deva tersenyum, dia harus nya bersyukur masih memiliki sahabat yang mau menerima nya, walaupun mereka tahu kekurangan yang dia miliki.
"Khmm! ada yang senyum-senyum nihh!" Goda Alex.
"Gigi Lo tuh ada cabe," kata Deva, lalu meninggalkan mereka duluan.
Dengan refleks Alex memeriksa gigi nya.
"Emang iya ada cabe woy?!"
Namun dia di abaikan, yang lainnya menyusul Deva turun dari rooftop.
"Sialan!' umpatmya.
***
Ana yang duduk di kursi kelasnya, kini tersenyum menatap layar handphonenya.
"Kenapa senyum-senyum Lo Na?"tanya Nara.
"Gue seneng Nar, barusan Nata chat gue katanya mereka udah ngobrol sama Kak Dev."
"Terus gimana respon dia?"
Ana tersenyum,"Mereka udah terima Nar, dan Kak Dev juga udah mulai mencair dan mencoba terbuka sama mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK BERSAYAP | TERBIT
FanfictionDevaliano Akhtar Bamantara memiliki trauma sejak kecil, hingga dia di vonis menderita gangguan mental lebih tepatnya kepribadian ganda. Semua di akibatkan karena suatu hal yang berujung dia harus kehilangan ibu dan adiknya dalam satu waktu. Berta...