55. End

1.1K 144 26
                                    

.
.
Tak bersayap
.
.
Happy reading

    Hujan rintik mengiringi pemakaman Ana, masih tak menyangka kejadian itu terjadi begitu cepat dan tidak ada firasat apapun soal kepergian Ana.

    Hujan rintik mengiringi pemakaman Ana, masih tak menyangka kejadian itu terjadi begitu cepat dan tidak ada firasat apapun soal kepergian Ana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya ilustrasi

Deva menatap nisan, bertuliskan Qiana Carrie Elemira binti Ricard Edward

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deva menatap nisan, bertuliskan Qiana Carrie Elemira binti Ricard Edward.  Rasanya berat, hari ini harus terulang kembali kehilangan orang dalam hidupnya. Dia sangat telat menyadari betapa sayangnya Ana pada nya sehingga rela mengorbankan nyawa demi menyelamatkan nya.

"Sayang, Mamah tau ini berat begitu pun Mamah, tapi kita harus coba ikhlas ya,"kata Antika, sambil mengusap bahu Deva.

Deva hanya menoleh, lalu tatapan nya kembali ke nisan. Semua orang yang di sana sangat paham dengan perasaan Deva saat ini.

"Kita pulang ya,"ajak Dimas.

"Aku masih mau nemenin adek yah,"jawab Deva.

"Kamu harus istirahat, nanti bisa ke sini lagi,"bujuk Dimas.

"Bener kata ayah Lo, muka Lo juga pucat, Lo harus istirahat,"sambung Bima.

Deva diam sejenak, lalu mengangguk. Perlahan dia bangun namun baru satu langkah.

Bruk

"Deva!"

***

"Adek!"

Tubuh itu tersentak, bangun dengan napas terengah-engah.

"Dev, tenang-tenang."

Beberapa detik Deva menyesuaikan penglihatan nya, ketika dia bisa melihat jelas dia kaget orang yang kini ada di hadapannya.

"Lex adek gue mana? Dia masih hidup kan Lex, jawab Lex di mana Ana?!" Seketika Deva langsung merasa panik.

TAK BERSAYAP | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang