.
.
Tak Bersayap
.
.
Happy reading
Di Lokasi Kemah, semua orang sudah panik, karena sampai saat ini Ana dan Deva belum juga kembali.
"Lo tadi mantau gak sih Bim?" Tanya Alex yang merasa kesal.
"Ya tadi sebenarnya, si Ana itu pengen pipis, terus gue bilang kalo di belakang masih ada Deva, jadi ya Gue pikir mereka bakal bareng," jelas Bima.
"Kalo enggak?" Tanya Alex lagi.
"Gue gak tau," jawab Bima pelan.
"Lo gimana sih Kak, Lo udah gak tanggung jawab! Terus gimana masih sahabat gue?!" Teriak Luna yang tak terima
"Gue juga gak tau, kalo kejadian kaya gini," sesal Bima.
"Coba kalo Lo lebih perhatiin lagi, kejadian nya gak akan kaya gini!" Luna mulai tak bisa mengontrol emosinya.
"Lun, Lun sabar dulu," kata Nara, yang berada di samping Luna.
"Gak bisa Nar! Ini tuh kelalaian mereka sebagai panitia!" Tekan Luna.
Alex mendekat ke arah Luna,"Biisa sabar dulu?" Kata Alex dingin
"Sabar Lo bilang?! Mana bisa gue sabar, sedangkan gue gak tau nasib sahabat gue di dalam hutan sana!" Teriak Luna tepat di depan Alex.
Alex menarik napasnya, "Gue tau ini salah kita, jadi Lo tenang aja, kita akan tanggung jawab," tutur Alex pelan dan lembut dia tak mau semakin memancing emosi Luna.
Luna mulai tenang, setelah mendengar ucapan Alex.
"Kita duduk dulu," ajak Nara, menuntun Luna ke tempat duduk yang ada di basecamp.
"Gimana jadi nya?" Tanya Alex.
"Tunggu reda dulu, baru kita cari mereka ke hutan," jawab Ervan
"Yakin? Di sana pasti udah gelap," lanjut Nata.
"Gak ada pilihan lain, kita harus cari mereka," sambung Bima.
"Yaudah bentar lagi juga kayanya reda, baru kita jalan," kata Alex.
***
Sedangkan di tengah hutan, Ana dan Deva masih di tempat yang sama. Mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan karena kondisi hujan yang masih saja lebat.
"Lo masih kuat kan?" Deva mulai khawatir dengan keadaan Ana saat ini.
"Ma... Hachim.." hidung Ana telihat merah mungkin efek dingin.
"Duh kok jadi bersin, Lo sesek gak?"
"Sedikit Kak," jawab Ana pelan.
Deva lebih mendekatkan tubuhnya pada Ana, lalu dia memeluknya lagi.
"Makasih Kak," kata Ana menyenderkan kepalanya pada Deva.
"Hmm."
"Gue gak tau, yang gue lakuin ini bener atau enggak, tapi..." gumam Deva dalam hati, yang merasa gelisah.
Menurutnya, kepedulian terhadap Ana itu hal yang aneh, karena bagi dia Ana bukanlah orang berati dalam hidupnya.
Deva menatap langit yang semakin gelap, "Hujan nya reda nih," kata Deva, menoleh ke Ana.
"Lo kuat gak, kalo kita lanjut jalan?" Tanya Deva memastikan.
Ana menggeleng, jujur badannya sekarang sangatlah lemas, mungkin karena efek asmanya yang kumat tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK BERSAYAP | TERBIT
FanfictionDevaliano Akhtar Bamantara memiliki trauma sejak kecil, hingga dia di vonis menderita gangguan mental lebih tepatnya kepribadian ganda. Semua di akibatkan karena suatu hal yang berujung dia harus kehilangan ibu dan adiknya dalam satu waktu. Berta...
