19. Perjanjian konyol

1.6K 233 38
                                    

.
.

Tak Bersayap
.
.
Happy reading

    Pagi ini rumah lumayan cukup berisik terlihat  Antika sedang kerepotan menata makanan di meja karena dia kesiangan, jadi dia keteteran menyiapkannya sarapan.

"Maafin Mamah ya, kalian jadi telat sarapan,"kata Antika sembari mengambilkan nasi goreng ke masing-masing piring.

"Gapapa Mah, pasti Mamah lagi capek,"kata Ana.

Deva di sana hanya diam, dia juga tak berkomentar apapun.

"Apa perlu, kita cari pembantu?" Tanya Dimas.

"Gak usah Mas, lagian aku udah bilang kalo aku ingin mengurus keluarga dengan tangan aku sendiri,"jawab Antika, dengan senyum manisnya.

"Tapi, kamu pasti capek,"lanjut Dimas.

"Enggak, tenang aja Mas."

Antika menoleh ke Deva, yang sedang fokus dengan sarapan nya,"Sayang, istirahat sehari atau dua hari aja dulu di rumah,"saran Antika.

"Gak usah, aku gak lemah,"jawab Deva dingin.

"Tapi, pasti kamu kesusahan nanti di sekolah,"lanjut Antika, yang merasa tak yakin dengan keinginan putranya untuk pergi ke sekolah.

"Biarin aja sayang, dia juga yang ngerasain,"sahut Dimas.

Ana mengusap bahu sang Mamah,"Tenang aja Mah, ada aku,"kata Ana berusaha menenangkan, padahal dirinya juga tak tau nanti di sekolah dia bisa di samping Deva untuk membantu nya atau tidak.

"Iya sayang."

Karena mulai risih mendengar percakapan antara orang-orang itu tanpa berbicara Deva berniat pergi dari ruang makan itu dan mulai  berusaha berdiri dengan Kruk nya.

"Ehh.. Kak," dengan sigap, Ana menahan tubuh Deva, yang sempat oleng.

"Gapapa Kak?" Tanya Aja memastikan.

"Gapapa,"lalu Deva menyingkirkan tangan Ana, yang sedang memegangi nya. Setelah itu, dia pergi begitu saja.

***

Di luar, terlihat mobil mewah terparkir di depan gerbang.

Pintu mobil pun terbuka,"Bantuin,  gak liat nih gue susah naik nya," kesalnya.

Dengan kesal cewek itu keluar dari mobil, dan membantunya masuk,"Ngeselin banget sih, lagian kenapa harus gue yang jemput Lo."

"Eh Mikhayla Elri, inget kesepakatan kita."

El menghela napas malas,"Gue inget, Devaliano Akhtar, tapi gak gini juga,"grutu EL.

"Udah berisik, buruan suruh supir Lo jalan,"titah Deva Ketus.

"Huft! Kalo bukan karena kesepakatan konyol itu, gue males, jalan pak!"

***

Ketika sampai sekolah, semua perhatian tertuju pada kedua orang yang keluar dari mobil yang sama.

"Eh seriusan tuh si El, bareng sih Kakak kelas rese itu?!"kata Luna heboh.

"Ya bener lah, kan kemaren dia bilang kalo dia harus jadi babu nya si kak Deva," sahut Nara.

"Wah gila sih tuh orang, sampai harus di jemput,"Luna yang mulai memanas.

TAK BERSAYAP | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang