21. Maaf

1.7K 253 41
                                    

.
.

Tak Bersayap
.
.
Happy reading

    Setelah kejadian tadi pagi suasana rumah semakin terasa tak nyaman, Deva marah pada Ana yang menurutnya EL sebagai sahabat Ana sudah membuat semua nya kacau.

"Sayang, Kok murung terus sih?" Kata Antika, yang tak tega melihat putrinya sedih.

Ana merapatkan duduknya lalu memeluk Antika,"Aku takut Mah,"lirih Ana.

"Sabar ya sayang, semua pasti baik-baik aja."Antika berusaha menenangkan Ana.

"Tapi karena kejadian tadi pagi, Kak Deva marah Mah."

"Kan kamu bilang, sahabat kamu bakal jaga rahasianya, jadi aman kan?"

"Ya iya, tapi Kak Deva tetep marah," kata Ana, yang merasa prustasi entah cara apa lagi untuk menjelaskan ke Deva.

"Sayang, kamu kan tau sifat Kakak mu kaya apa, jadi kamu harus lebih sabar lagi," kata Antika, sembari mengelus kepala Ana.

"Iya Mah."

***

Deva nampak gelisah di kamarnya, dia masih memikirkan kejadian tadi pagi. Walaupun Ana sudah menjelaskan bahwa EL menyetujui untuk jaga rahasia itu, tapi dia masih belum yakin.

"Gua gak mau semua terbongkar,"racaunya yang terus berjalan mondar-mandir.

"Gue gak mau!"

"Huh..huh gue harus..."

Napas Deva mulai tak beraturan, tangan nya menggapai dinding yang menjadi sandaran nya, dia semakin merasa dirinya terancam.

"Ya ampun Kak!"

Ana yang baru saja membuka kamar Deva, di kagetkan dengan kondisi Kakaknya itu, lalu dia  langsung berlari ke arah Deva.

"Dengerin aku Kak, tarik napas, yang tenang ya." Ana terus mengintruksikan Deva.

Karena napas Deva masih saja tak beraturan, dan terlihat sekali kalo Deva sedang mengalami panic attack.

Ana berlari ke arah nakas di samping kasur, lalu dia mengambil obat-obatan yang biasa Deva konsumsi, dia juga tak lupa mengambil segelas air yang berada di meja.

"Kak minum dulu ya obat nya, Kakak pasti bisa,"dengan sabar Ana berusaha untuk tenang dan membantu Deva meminum obat nya itu.

Dengan gemetar Deva, memaksakan meminum obat nya itu. Setelah lebih tenang Deva langsung menepis tangan Ana yang berada di bahunya.

Lalu dia berusaha berdiri, dan menggunakan kruknya itu. Ana masih berusaha ingin membantu Deva tapi dia terus menepis bantuan nya.

"Kak please aku bantu ya,"Mohon Ana,dengan sabar.

"Keluar,"kata Deva pelan.

"Kakak  masih lemas."Ana masih berusaha meraih Deva, yang sedari tadi berusaha bangun namun selalu terjatuh lagi.

"Gue bilang keluar,"kata Deva kembali.

"Tapi Kak..."

"Keluar!" Teriak Deva.

Seketika Ana kaget dengan bentakan Deva.

TAK BERSAYAP | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang