40. Luka

1.8K 240 44
                                    

.
.

Tak Bersayap
.
.
Happy reading


Ruangan yang di dominasi dengan bau obat itu nampak hening, sosok yang kini terbaring lemah, dengan infus di lengannya hanya bisa diam dengan tatapan kosong.

"Kak Dev, minum dulu ya," bujuk Ana.

Deva hanya diam, tak merespon ucapan orang sekitarnya. Ana menghela napas,.semenjak dia membawa Kakaknya masuk ke dalam UKS, dan penjaga di sana menyarankan Kakak nya itu untuk di tambah cairan karena tubuhnya yang drop, tak sepatah katapun yang keluar dari mulut Deva, Ana sempat takut biasanya kejadian seperti ini di rumah sedangkan ini di sekolah.

Sudah menjadi hal biasa, jika pikiran Deva kacau dan tak terkendali, akan berakibat pada tubuhnya.

"Yaudah Kakak tidur ya, kalo infus nya udah habis kita pulang aja ya." Ana masih berusaha mengajak komunikasi, namun respon nya masih sama.

Tanpa mengucapkan apapun lagi, langsung menutup matanya, dan mulai masuk dalam mimpinya.

Ana mengelus puncak kepala Deva dengan lembut,"Kakak pasti kuat,"lirihnya.


***

"Itu terserah kalian mau percaya atau enggak, yang jelas gue udah jujur."

"Setelah gue liat langsung kejadian tadi, gue percaya sama Lo Bim."

"Gue setuju sama Ervan,"lanjut Sela.

"Kenapa dia, selama ini keliatan biasa aja ya?" Alex masih tak menyangka, tenyata masih ada rahasia di antara persahabatan mereka.

"Dia itu pinter tutupin semua, dia juga selalu bilang kalo dia gak mau di anggap lemah, apalagi dengan penyakit yang bisa aja orang menganggap dia gila," jelas Bima.

"Gue masih gak nyangka sih, gue kira cowok jutek kaya dia beban nya gak seberat ini, ternyata gue salah," kata EL.

"Setiap orang itu pasti punya masalah EL, cuma ya tergantung dia bisa atau gak nya terbuka sama orang lain," kata Nara.

"Nat, Lo tau kenapa gak bilang?"

"Gue udah janji sama Ana, semenjak gue sama Ana memulai pembicaraan dia udah mulai terbuka sama gue, gak mungkin kan gue mengkhianati kepercayaan dari dia," jelas Nata.

"Iya, Nata benar, karena gak gampang juga jadi Ana banyak hal yang gak bisa dia ungkapkan sama orang lain. Kalo dia percaya sama Nata berarti dia yakin Nata itu di pegang omongan nya." Sambung Nara.

"Intinya sekarang, kita sebagai sahabat Deva harus lebih ngerti keadaan dia, dan ingat kejadian tadi jangan di ceritakan lagi ke dia. Gue cuma takut itu berpengaruh sama mental dia." Kata Bima.

"Iya, jangan sampai, dia ngerasa kalo kita anggap dia lemah, apalagi kalo dia menghindar dari Kita kan bisa merusak semua," lanjut Ervan.

"Denger gak Lo lex?"

"Kuping gue, masih normal Nat."

"Yaudah, gue mau susul Ana dulu, gue harap Lo semua bisa kerja sama bersikap seperti gak terjadi apa-apa tadi."

"Iya Nar, tenang aja," kata Sela.

TAK BERSAYAP | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang