47. Deva dan rasa takut

1K 194 24
                                    

.
.

Tak Bersayap
.
.
Happy reading


Hari ini cukup membuat mood Deva berantakan, pikirannya bercabang ke berbagai arah. Orang itu tidak akan berhenti meneror nya sebelum keinginan nya tercapai.

"Lo gak mau balik?" Tanya Bima, yang kini duduk di samping Deva.

Sejak pulang sekolah tadi, Deva pergi ke danau di temani Bima. Tujuannya dia hanya ingin menenangkan pikirannya. Berharap bisa sendiri, tapi sahabatnya itu malah tetap memaksa ingin menemaninya, pada akhirnya dia mencoba acuh akan kehadiran Bima di sana.

"Nanti aja, kalo Lo mau balik duluan aja."

"Lo masih gak mau jujur orang itu siapa? Gue tau Dev, hari ini pasti orang itu ganggu Lo lagi kan?"

Pertanyaan Bima membuat Deva bingung, dia ingin sekali berbagi sebagian beban itu pada sahabatnya, tapi rasa takut selalu jadi alasan dia mengurungkan niatnya.

"Gue gak mau bawa Lo dalam masalah gue, selama ini Lo udah cukup baik jadi sahabat gue."

Bima berdecih, "Sahabat di katakan baik itu, yang bisa saling berbagi, membantu."

"Lo udah cukup membantu, jadi urusan kali ini Lo cukup diam aja."

"Ini bukan masalah sepele Dev, bisa aja orang itu berbuat nekat sama Lo!" Bima mulai bingung dengan pemikiran sahabatnya itu, mengapa sulit sekali menerima sebuah bantuan.

Deva terdiam mendengar bentakan dari Bima, memang benar seperti apa yang dikatakan Bima kemungkinan itu besar karena orang itu sangat membencinya.

"Gue tau resikonya, maka dari itu gue gak mau libatin kalian semua. Gue harap Lo ngerti."

"Udahlah terserah Lo gue balik,"pamit Bima, meninggalkan Deva sendiri di sana.

Deva menghela napas, dia harus terima kalo Bima akan bersikap seperti itu. Dia tau sikap Bima bukan tanpa alasan tapi justru dia tau betapa pedulinya Bima pada dirinya.

Ting

Bunyi notifikasi dari handphonenya

Ayah

Pulang udah sore, ayah gak mau ya orang itu ganggu kamu.
17.54

Deva menghela napas, sejak ayah nya tahu ada orang yang menganggu dirinya, dia berubah menjadi ayah yang protektif. Deva merasa aneh saja dengan situasi sekarang, dulu nya dia seperti anak yang mengemis kasih sayang sekarang apa yang dia nya tercapai, tapi masih banyak puzzle yang harus dia susun. Tanpa menunggu lama Deva pun menuruti keinginan ayahnya untuk pulang

Sesampainya di rumah, Deva langsung membersihkan diri. Dia sudah tidak tahan perutnya mulai demo ingin segera di isi.

Saat dia ke bawah, di ruang makan terlihat sepi, biasanya jam segini keluarga sudah mulai kumpul untuk makan malam.

"Kak."

Deva menoleh ke sumber suara.

"Mamah sama papah baru aja keluar, mereka menghadiri acara kantor."

"Oh." Hanya itu tanggapan dari Deva, lalu dia berjalan ke arah meja makan dia melihat di sana tak tersaji apapun.

"Ah aku lupa bilang, mamah gak masak malam ini."

"Terus gue makan apa? Gue udah laper."

"Hmm... " Ana berpikir sejenak.

"Yaudah Kakak duduk aja di situ, aku buatkan makanan."

TAK BERSAYAP | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang