➢3.0

1.8K 234 11
                                    

"Le-lepaskan aku!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Le-lepaskan aku!"

Jeno meronta, karena tubuhnya diikat di sebuah kursi. Dengan kondisi yang tidak bisa dibilang baik. Lebam di pipinya, bekas darah di kepalanya.

"Jeno...Jeno... sudah aku katakan untuk berhenti menjadi anak yang sok tahu," wanita itu mencengkram rahang Jeno dengan kukunya yang tajam itu membuat pipi Jeno berdarah.

"K-kau memang pembunuh," Jeno menatap wanita itu nyalang.

PLAKK

"Aku hanya mengusir sampah di dunia ini."

"KAU BAHKAN LEBIH MENJIJIKAN DARI SAMPAH!" teriak Jeno.

BRAKK

Wanita itu menendang kursi yang terikat dengan tubuh Jeno.

"Seharusnya aku tidak memberimu banyak waktu...."

Wanita itu mengeluarkan pistol di balik rompinya.

"Sampai jum-

"Angkat tangan!"

Jeno tersenyum kecil melihat wanita itu panik.

"Tidak akan kubiarkan kau tenang," ucap wanita itu sebelum tertangkap polisi.

"Jeno, kau baik-baik saja?" tanya Tuan Park.

Jeno mengangguk lemah.

"Tetap pertahankan kesadaranmu, mengerti?"

Jeno dibawa pergi dari tempat itu.

"Kau masuk ke dalam mobil, sudah ada ahjumma di dalam."

"Nee."

"Jeno," Nyonya Park langsung memeluk Jeno.

"Kau tenang, kita akan ke rumah sakit."

"Ahjumma, dada Jeno sakit...."

"Jeno tenang...relax jangan pikirkan hal lain."

Jeno mengangguk.

"Bagaimana yeobo?" tanya Nyonya Park saat Tuan Park masuk ke dalam mobil.

"Wanita licik itu berhasil kabur..."

"Ya sudah, kita pikirkan nanti. Kita harus segera membawa Jeno..."

"Baiklah."

Di tengah perjalanan...

"Kau membawa anak itu? Eunhyuk, kau bertindak bodoh."

"Diam kau!"

Wanita itu menelpon Tuan Park.

"Aku merasa kasihan pada putramu, sebentar lagi dia akan menjadi anak tanpa orang tua."

SomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang