➢3.7

1.7K 256 32
                                    

Yeeun masih memikirkan ucapan Doyoung sebelum pergi tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeeun masih memikirkan ucapan Doyoung sebelum pergi tadi.

"Setelah kejadian ini, kita harus lebih menjaganya dan lebih peka padanya."

Tanpa Doyoung suruh, Yeeun akan melakukannya. Tapi ada yang janggal dari kata-kata Doyoung, namun dia sendiri tidak mengerti.

"Nuna..."

"Jeno~ya!" Yeeun langsung memberikan Jeno air putih.

"Ada yang sakit? Perlu kupanggilkan dokter?"

Jeno menggeleng.

"Aku ingat semuanya... aku mengingatnya, wanita itu-

Yeeun menunggu ucapan Jeno selanjutnya. Tapi sayangnya ada orang yang datang.

"Jeno~ya, maafkan eomma baru datang," ucap Jessica dengan sekeranjang buah di tangannya.

Jeno terdiam, begitupula Yeeun. Meski gadis itu mengutuk di dalam hati karena Jeno tidak menyelesaikan ucapannya.

"Yeeun lebih baik kau pulang dan istirahat sebentar, eomma akan menjaga Jeno," ucap Jessica.

Yeeun menatap Jessica, entah kenapa dia ragu dengan ibu kandungnya ini. Dia merasa ada aura negatif dari wanita yang sudah melahirkannya. Ya Tuhan, maafkan Yeeun yang durhaka pada ibunya.

"Tidak apa, lagipula aku tidak lelah," kata Yeeun.

"Yeeun, kau juga baru keluar dari rumah sakit."

"Tapi-

"Eomma benar nuna, lebih baik kau pulang dan istirahat."

Yeeun tidak bisa membantah Jeno. Kareja dia yakin jika dia keras kepala Jeno justru akan merasa bersalah.

"Baiklah, aku pergi dulu," pamit Yeeun.

Setelah Yeeun pergi, Jeno kembali merebahkan tubuhnya. Berusaha untuk tidak menatap Jessica.

"Kau ingin buah Jeno? Biar eomma mengupasnya," tawar Jessica.

"Tidak, aku ingin tidur saja."

"Tidur selamanya?"

Jeno membelalakkan matanya.

"Perlu aku bantu, Lee Jeno?"

"A-apa maksudmu?" gugup Jeno.

"Jangan pura-pura bodoh Jeno, aku tahu kau sudah mengingatnya."

"Me-mengingat apa? Aku-

Ucapan Jeno terhenti saat Jessica menodongkan pisau ke arahnya.

"Cukup mudah, kau cukup memilih pisau ini menyayat lehermu atau lengan kirimu?"

Jeno menggeleng. Dia memejamkan matanya dengan tubuh bergetar.

"Cepatlah!"

Jeno berusaha bangun dari brankarnya tapi Jessica menahannya.

SomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang