Extra Chapter ; After he left (2)

1.7K 148 8
                                    

"Cepat katakan!" ujar Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cepat katakan!" ujar Jaemin.

Saat Jaemin berniat pulang dari krematorium Jeno tadi, Mark meminta waktu Jaemin sebentar untuk berbicara. Tapi sudah 5 menit mereka duduk di taman, Mark hanya diam.

Jika saja bukan karena Jisung, Jaemin tidak akan mau mengobrol ralat mendengar Mark.

"Bukankah hubungan kalian juga ingin diperbaiki? Hyung lupa? Bahkan Jeno hyung saja sudah memperbaiki hubungannya dengan semua orang sebelum pergi."

Hanya dengan perkataan Jisung tentang Jeno, akhirnya membuatnya luluh.

"Kau ingin mengatakan apa?! Ada pasien yang menungguku!"

"Aku ingin meminta maaf untuk semuanya," ucap Mark.

"Aku tahu, semua kesalahanku tidak akan pernah bisa dimaafkan. Aku sudah melukai perasaanmu, mengecewakanmu dan membuatmu kehilangan sahabat terbaikmu. Aku akui jika saat ini aku menyesal, menyesal memilih egoku dan menuntaskan dendamku. Aku menyesal melampiaskan semua amarahku pada Jeno, yang bahkan tidak tau apapun tentang ayahnya. Tujuanku hanya membuat ayahnya merasa kehilangan, tapi nyatanya aku justru membuat semuanya kehilangan termasuk diriku sendiri," jelas Mark.

"Selama 10 tahun, aku selalu menyesali pertemuan terakhirku dengan Jeno. Aku selalu menyesal membuat Jeno harus kembali memendam rasa kecewanya dan pergi dengan luka itu."

Jaemin mengerutkan dahinya.

"Apa maksudmu?" tanya Jaemin.

"Aku memberikan rekaman itu pada Jeno," jawab Mark.

Jaemin membelalakkan matanya, dia tau soal rekaman itu dari Donghae. Tapi dia tidak tau jika Jeno sudah mendengarnya.

Jaemin mengepalkan tangannya, ingin rasanya dia menghajar Mark  hingga ia puas. Tapi jika seperti itu, bukankah sama saja dia seperti Mark? Pikir Jaemin. Anggap saja Jaemin yang tadi itu sedang khilaf.

"Tujuanmu memberikan itu pada Jeno apa?"

"Kupikir dengan itu, mungkin Jeno akan marah dan membuatnya menjauh dari ayahnya. Tapi aku justru tidak menyangka jika Jeno dan ayahnya semakin membaik."

Jaemin tersenyum kecil.

"Kau salah... Jeno bukan orang yang mudah terpancing hanya karena sebuah rekaman. Kau berteman dengannya sejak kecil tapi masih tidak mengenalnya," ucap Jaemin.

"Ya meski aku juga begitu... Jeno itu terlalu penuh misteri dalam dirinya. Dia terlalu nyaman menyimpan semuanya sendirian, sampai akhirnya dia yang kelelahan."

Mark mengangguk setuju, kenapa dia baru menyadari itu?

"Aku sudah memaafkanmu... 10 tahun kepergian Jeno sudah memberikanku banyak pelajaran, kejadian 20 tahun yang lalu juga sudah cukup membuat kita berjauhan."

"Terima kasih."

Jaemin tersenyum.

"Terima kasih kembali, Mark hyung."

SomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang