➢1.3

2K 241 13
                                    

"Aku tidak berkelahi dengannya appa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak berkelahi dengannya appa... dia yang duluan memukulku," ucap Jeno yang saat itu baru kelas 4 SD.

"Jangan berbohong! Kau tiba-tiba memukulku, lihat! Lukaku lebih parah darimu," ujar Felix anak seusia Jeno.

"Kau lihat tuan? Ternyata putramu selain pintar berkelahi dia juga pintar berbohong. Ah aku lupa, pantas saja dia seperti itu. Dia tidak mendapat didikan yang baik karena ibunya sudah tiada dan kau yang selalu sibuk," jelas wanita itu atau tepatnya ibunya Felix.

Jeno menundukkan kepalanya. Dia yakin sepulang dari sekolah hari ini dia akan dihukum.

"Mohon maaf atas kesalahan putraku. Terima kasih karen sudah memanggilku. Aku harus pamit," ucap Donghae lalu pergi dari ruangan konseling di SD Jeno.

Selama perjalanan Jeno hanya menunduk dan memainkan jemarinya. Dia benar-benar takut. Ayahnya tidak percaya padanya.

"Ikut aku!" Donghae menarik Jeno ke ruangan atas, ruangan paling gelap diantara yang lain di rumah ini.

"Cepat pukul appa," pinta Donghae.

Jeno menggeleng.

"Ck, kau bisa memukul temanmu hingga seperti itu. Tapi kau tidak bisa memukul appa, yang bersedia kau pukul," ucap Donghae.

"Mereka..."

"Menghinamu appa," batin Jeno.

"Mereka apa? Jika mereka salah bicarakan dengan baik. Lelaki memang bisa bertarung, tapi tidak semua harus dengan pertarungan dan kekerasan!"

Donghae pergi keluar sebentar dan kembali dengan membawa kayu panjang dan tipis.

"Serahkan tanganmu."

Jeno menyerahkan tangannya dengan gemetar.

Ctakk

Ctakk

Tangannya memerah akibat pukulan dari kayu itu.

"Sakit..."

"Berbalik!"

Jeno berbalik, dia memejamkan matanya.

Ctakk

Ctakk

Jeno meringis pelan.

"Berhenti bersikap kekanakan! Sekali saja kau membanggakan appa... sekali saja. Apa itu sulit? Kapan kau bisa menjadi kakak-kakakmu?"

Jeno menitikkan air matanya. Dia juga ingin dihargai tanpa harus dibandingkan dengan kedua kakaknya.

"Kau seorang pria! Tidak perlu cengeng!"

Jeno langsung menghapus air matanya.

"Renungkan kesalahanmu," ucap Donghae sebelum dia pergi dan meninggalkan Jeno di gudang sendiri.

SomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang