"Pesanan datang," ujar Donghae.
"Gamsahabnida," ucap Jeno dan Donghae bersamaan.
"Jal meogeseubnida!" seru Jeno.
Baik Jeno maupun Donghae, keduanya makan dengan lahap. Dalam satu mangkok besar tentunya.
"Buka mulutmu," ucap Donghae.
Jeno menurut dan membuka mulutnya. Donghae menyuapinya daging kepiting.
"Enak?"
Jeno mengangguk.
"Ayo makan lagi, setelah itu kita pulang. Hari mulai malam..."
Jeno kembali makan, entahlah suasana hatinya mendadak berubah mendengar kata 'pulang' padahl dia masih ingin menghabiskan waktunya dengan ayahnya. Terasa singkat hari ini.
Di perjalanan, Jeno menuliskan semua kegiatan hari ini dalam buku catatannya. Terlihat seperti anak perempuan, tapi dia tidak peduli. Karena yang terpenting kenangan tak akan hilang. Jika diketik di handphone bisa saja hilang, apalagi dalam pikiran. Itu sebabnya Jeno lebih suka menulisnya.
Donghae tersenyum melihat putranya yang tekun menulis.
Perjalanan selama 30 menit. Jeno terlelap dan masuk ke dunia mimpinya.
Donghae baru sadar, jika Jeno menggemaskan saat tertidur. Rahangnya terlihat tegas, tapi setelah dilihat lebih teliti Donghae melihat bekas kebiruan di sudut bibir Jeno.
"Apa dia pernah berkelahi?" pikir Donghae.
Donghae membuang pikiran itu da kembali fokus menyetir.
Setelah hampir 3 jam perjalanan, mereka sampai di kediaman keluarga Lee. Donghae tidak enak membangunkan putr!nya itu, jadi dia menggendong Jeno dan membawanya ke kamarnya.
"Jaljayo, uri aedeul," Donghae menarik selimut hingga menutupi leher. Lalu mengusap kepala Jeno pelan.
Setelah keluar dari kamar Jeno. Donghae berniat pergi ke kamarnya untuk istirahat.
"Aku perlu bicara denganmu," ucap Nayoung.
"Besok saja, aku lelah," ujar Donghae.
"Ini penting!"
Donghae berdecak, "kita bicara dia ruanganku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Some
Fanfiction-SUDAH TAMAT- [ lee jeno with his life ] "Aktingmu itu bagus sekali Jeno~ya." [ꜱᴛᴀʀᴛ : 23 april 2021 >ᴇɴᴅ : 23 Februari 2022] ©Rrantomato