Cie yang nungguin 🤣
Happy reading 🥰
Di dalam mobil Samuel mencoba terus menyambung obrolan dengan Hana. Banyak topik yang sebenarnya tidak penting, tapi Samuel tetap mencobanya agar suasana di antara mereka tidak hening.
"Kapan jadwal check up-mu? Aku akan menemani."
Hana menoleh kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak perlu. Aku sudah terbiasa pergi sendiri. Jikalaupun aku butuh teman, aku akan pergi dengan Gabriel."
"Tapi aku ayahnya," protes Samuel agak kesal, tapi pria itu masih mencoba menahan diri.
Hana menghela napasnya lelah. "Bukankah aku sudah mengatakan tidak akan memberimu kesempatan lagi? Kamu saja yang masih memaksa. Mungkin ini terakhir kalinya aku bertemu dengan keluargamu. Sam, aku tidak ingin bersandiwara lagi."
"Hana."
"Aku selalu berpura baik-baik saja di depan keluargamu. Aku selama ini sangat menjaga perasaan ayah dan ibumu. Tapi ironisnya itu semua tidak berguna, mereka tahu bagaimana keadaan rumah tangga kita. Untuk apa lagi aku berpura-pura?" Hana menatap Samuel dengan pandangan sayu, yang menyiratkan bahwa ia benar-benar sudah lelah selama ini melakoni sandiwara dalam rumah tangga mereka.
"Sam, maaf. Tapi aku akan mengatakan yang sebenarnya tentang hubungan kita pada orang tuamu agar semuanya jelas."
"Tidak bisakah kamu menunggu sampai ibu keluar dari rumah sakit?"
"Tidak bisa. Aku sudah terlanjur muak dan kehabisan waktu. Kamu bisa menganggapku egois atau apa pun yang kamu mau, tapi keputusan ini tidak bisa dikompromi lagi." Hana membuang napasnya samar-samar kemudian melempar pandangan ke luar jendela mobil. "Ibu sudah tahu semuanya, dia tidak akan terkejut lagi."
Samuel bergeming sesaat, mencerna baik-baik perkataan Hana sebelum memberikan balasan untuk istrinya itu. "Apa maksudmu orang tuaku sudah tahu semuanya?"
Hana tersenyum kecut. "Orang tuamu sudah tahu semuanya, dan aku sudah tahu semuanya. Mereka tahu hubungan kita tidak baik-baik saja. Mereka tahu kamu masih bersama Clarine—"
"Hana, kenapa kamu kembali membawa Clarine dalam masalah ini? Aku benar-benar sudah memutuskannya."
Senyum pahit Hana tercipta tak sampai mata saat wanita itu kembali menatap Samuel. "Pada kenyataannya, semua ini terjadi karena dia. Coba kamu pikirkan baik-baik, saat pertama kali hubungan kita aku anggap sedikit ada kemajuan, bahkan aku rela menyusulmu tidur di sofa dan merasa kita baik-baik saja, pagi harinya wanitamu datang dengan segar dan sarapan bersama kita." Hana menjeda, hampir tersedak rasa pahit di hatinya sendiri.
"Dari saat itu, kesepakatan kedua kita tentang memperbaiki hubungan dan menyingkirkan tentang Alan juga Clarine telah patah. Aku menganggap yang berlaku adalah kesepakatan pertama, yaitu kita tidak mencampuri urusan masing-masing." Hana diam lagi. Rasa sakit semakin menekan hatinya ketika mengulang adegan yang lalu. Betapa Samuel cepat sekali berubah sikap padanya ketika ada Clarine di sampingnya. Bahkan wanita suaminya itu tidak canggung saat sarapan bersama. Yang lebih parah wanita itu berani menawarkan untuk pergi bersama ke pantai. Semakin memikirkannya, Hana merasa semua orang sudah gila.
"Namun, aku bodoh, Sam. Aku masih berharap sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan. Hari itu, sebelum ulang tahun ibumu, aku datang ke rumah orang tuamu dan bermaksud memberinya kado secara pribadi." Hana menelan ludah, mengulang lagi rasa sakit beberapa waktu lalu karena kebodohannya sendiri yang tidak bisa memahami situasi. "Sialnya aku tidak sengaja mendengar ibumu mengatakan pada Clarine bahwa dia masih berharap Clarine yang manjadi menantunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...