Putar multimedianya gengs🥰
Happy reading 😍
Tepat pukul lima pagi, bel apartemen Hana berbunyi dan mengejutkan wanita yang sedang membuat sarapan di dapur itu.
Jantung Hana berdetak cepat, kemudian menatap jam dinding.
Setahu Hana penerbangan Amsterdam-Jakarta paling cepat bisa ditempuh enam belas jam lebih, ini belum genap lima belas jam sejak ia memutuskan sambungan telepon. Apalagi perjalanan dari bandara ke apartemennya.
Mungkinkah itu bukan ayahnya?
Hana mematikan kompor setelah mengangkat telurnya. Ia berjalan ke pintu dan membukanya perlahan. Hal yang ia takutkan adalah Samuel yang ada di depan sana.
Jantung Hana semakin berdebar kencang saat melihat sosok tinggi besar di depan pintu. Sosok yang sudah bertahun-tahun tidak ia lihat secara langsung.
Hana tidak tahu harus menyambut bagaimana, ia hanya membuka pintu lebih lebar untuk mempersilakannya masuk.
Johnny dan Erick masuk ke apartemen Hana. Erick hanya meletakkan beberapa barang bawaan dan meninggalkan apartemen secepat yang ia bisa.
"Em, silakan duduk," kata Hana sangat kaku dan mengarahkan gesturnya pada sofa. "Aku akan mengambilkan air."
"Hana," panggil Johnny sebelum Hana berbalik ke dapur.
Hana mendongak dan mereka saling menatap.
"Bolehkah ayah memelukmu?"
Permintaan tiba-tiba itu mengejutkan Hana. Ia linglung sejenak sebelum perlahan melangkah untuk mendekat.
Johnny tidak menunggu lagi, ia segera meringkas jaraknya dengan Hana kemudian memeluk putrinya itu dengan erat.
Tubuh Hana yang kalah pendek dan kecil langsung tenggelam di pelukan sang ayah. Tangannya masih menggantung karena ragu untuk membalas pelukannya.
Johnny menyadari keraguan Hana. Namun, pria itu tidak mempermasalahkannya. Pelukannya semakin erat. Perut besar Hana tidak menghalangi kehangatan yang diantarkan Johnny dalam pelukan itu.
Hana tidak bisa terus membohongi dirinya sendiri. Ia merindukan perasaan ini. Perasaan aman yang sudah lama tidak ia dapatkan dari sang ayah.
"Ayah sangat merindukanmu, Sayang," bisik Johnny dengan suara serak.
Jika tidak salah dengar, pria itu seperti hampir menangis. Hana perlahan ikut melingkarkan kedua tangannya di punggung Johnny.
Johnny luar biasa bahagia, bukan melepaskannya, pelukan itu lebih ia pererat lagi. Jika boleh, Johnny tidak ingin melepaskannya. Ia bahkan lupa kapan terakhir kali bisa memeluk Hana seperti ini.
Pria itu mencium kepala Hana. Rasa rindunya merambat ke perasaan bersalah dan gagal sebagai seorang ayah. Mengingat lagi semua penderitaan Hana selama ini, membuat hatinya nyeri.
Hana merasakan sesuatu menetes di atas kepalanya. Wanita itu sedikit mendorong tubuh ayahnya.
Johnny agak enggan, tetapi ia terpaksa merenggangkan pelukannya karena dorongan Hana.
Hana terkejut ketika melihat pria itu menangis.
Tangan Johnny langsung menekan pangkal matanya untuk menghapus jejak air mata.
Hana tak ingin terpancing oleh rasa haru ini. Ia segera memalingkan wajahnya. "Duduklah dulu." Wanita itu buru-buru berbalik ke dapur untuk menuangkan segelas air putih.
Johnny memandang Hana yang pergi ke dapur, wanita itu tampak gugup. Beruntung dapur di apartemen ini tidak terhalang apa pun untuk bisa memandang Hana.
"Ayah sudah sarapan?" tanya Hana sembari keluar dari dapur dan meletakkan segelas air putih untuk ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...