Happy reading 😍
Setelah berjam-jam memikirkan usulan Gabriel dan memandangi kartu member milik pemuda itu, akhirnya Hana memutuskan untuk mengikuti saran Gabriel. Ia berpikir jika cara ini tidak berefek baik untuk refresh otaknya, Hana sudah mempersiapkan gergaji untuk memenggal kepala Gabriel.
Hana bukan tipe gadis yang suka hiburan malam dan berfoya-foya. Namun, untuk malam ini ia berani mencobanya, berharap penat di kepalanya bisa dilepaskan sejenak.
Hana memasuki tempat asing yang baru pertama kali ia datangi. Bau alkohol, asap rokok dan lampu
gemerlap membuatnya hampir mual, tapi kaki jenjangnya terus melangkah masuk ke dalam lagi.
Dia memutuskan untuk datang sendiri karena ia tak mungkin minta ditemani Dini atau Ricky sedangkan mereka pasti juga sangat sibuk.Hana mencari tempat duduk di depan bartender.
"Apa minuman ini yang mereka maksud?" gumam Hana melihat tatanan gelas kecil di hadapannya dalam nampan yang berisikan minuman beralkohol.
Hana meraih satu gelas dan mencium aromanya."Huek!" Hana yang hampir muntah karena aroma yang sangat menyengat itu mengembalikan gelas pada tempatnya. Ia mengedarkan pandangan untuk mencoba menikmati malam kebebasannya ini. Dalam kepalanya masih ada pekerjaan yang direbut oleh Gabriel tadi pagi dan ia terus mencoba mengabaikan pemikiran itu.
Nampan yang berisikan gelas-gelas tadi diambil oleh seorang pelayan wanita dan dibawanya membelah lantai dansa. Hal itu membuat Hana menjadi malu karena ternyata itu bukan disuguhkan untuk siapa saja, tapi sudah dipesan.
Memang seharusnya ia tak sok tahu dan datang sendiri ke tempat asing seperti ini. Semuanya sudah terlanjur, Hana akan mencoba berbaur saja."Pengunjung baru?" tanya seorang bartender yang menghampiri Hana di balik mejanya.
Hana mengangguk singkat. "Yah. Apa sangat terlihat?"
"Joe." Pria yang lebih tua dari Hana itu menyebutkan namanya. Ia tak ingin membuat Hana berkecil hati dengan menjawab bahwa gerak-geriknya sangat terlihat bukan pengunjung langganan.
"Hana, senang bertemu denganmu, Joe. Aku tidak suka minuman tadi, ada saran?" tanya Hana ramah.
Joe terkekeh geli lalu menuangkan anggur merah ke dalam sloki dan memberikannya pada Hana. "Santai saja. Panggil aku jika butuh bantuan."
Hana mengangguk dan membiarkan Joe berlalu untuk melayani pengunjung lainnya.
Dihirupnya aroma red wine di tangannya dan Hana tidak merasa seburuk tadi. Ia cukup familiar dengan aroma ini karena sering dihidangkan pada jamuan saat pesta. Ia menyesap cairan merah itu perlahan dan Hana ternyata cukup menyukai rasanya.Joe kembali pada Hana setelah memberikan sebotol minuman pada seorang pelanggan. "Bagaimana?"
"Kau yang terbaik," puji Hana bercanda.
"Kenapa datang sendiri?" tanya Joe sembari memberesi meja dari beberapa gelas kosong.
"Teman-temanku baru saja ke sini kemarin," jawab Hana dengan sebelah bahu terangkat sedikit tanda ia tak yakin dengan jawabannya sendiri. Ia hanya tidak ingin membuat teman-temannya meninggalkan pekerjaan mereka hanya untuk dirinya. Mereka sedang sangat dikejar deadline.
"Siapa mereka? Mungkin aku mengenalnya."
Hana mengeluarkan kartu member milik Gabriel dan menunjukkannya pada Joe.
"O ... Gabriel, Dini, dan Ricky adalah teman-temanmu. Aku ingat kemarin mereka datang."
"Apa mereka sering datang?"
"Bukan tipe yang selalu datang," jawab Joe yang tak begitu memperhatikan intensitas teman-teman Hana datang ke bar.
Seorang pria datang menyapa Joe kemudian memesan minuman. Pria itu melirik Hana yang sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...