Chapter 16-Baby

3.1K 294 14
                                    

semangat pagi 😍😀

Masih semangat untuk bom updatenya?

Jangan lupa kasih tahu kalau ada typo yes.

Kalau ada typo tolong dikasih tahu ya.

makin semangat kalian vote dan komen, bom updatenya juga makin semangat nih 😆

Happy reading 😍

Saat baru sampai di rumah, Samuel mendengar Hana yang sedang muntah-muntah di dalam kamar mandi.
Pria yang masih mengenakan stelan jas rapi itu berlari ke arah kamar mandi dan mendekati Hana. "Hana." Samuel mengangkat rambut Hana yang tergerai berantakan.

Hana spontan mendorong tubuh Samuel agar menjauh karena ia tak mau membuat Samuel merasa jijik nantinya. Samuel tampak tak peduli dan menyingkirkan tangan Hana yang tadi mencoba membuatnya menjauh.

"Kau baik-baik saja?" tanya Samuel sembari memijit tengkuk Hana.

Hana membasuh mulutnya lalu mulai menegakkan tubuhnya. Hana menggelengkan kepalanya pelan untuk mengusir rasa pening yang menderanya. Rasanya mau membuka mata saja sulit.

"Hei." Samuel menangkup sebelah wajah Hana yang masih terpejam. Satu lagi tangannya memegangi lengan Hana untuk memastikan wanita itu tidak akan jatuh. "Apa perlu ke dokter?"

Hana menggeleng. Ia mulai membuka matanya dan menatap Samuel dengan pandangan sayu. Memasuki bulan ketiga kehamilannya, Hana baru sekarang mengalami mual hebat seperti ini.

"Kapan jadwal check up-mu?"

"Tadi. Aku pergi dengan Gabriel. Hasilnya ada di nakas jika kamu ada waktu untuk melihatnya."

Samuel membimbing Hana untuk keluar dari kamar mandi dan mendudukkannya di tepi ranjang. "Apa kamu sering mengalaminya?"

"Tidak, baru kali ini. Mungkin karena bau obat-obatan di rumah sakit atau tadi saat aku ke kedai durian. Sungguh, aku bersumpah tidak akan masuk ke tempat durian lagi," keluh Hana sembari memegangi perutnya yang masih mual. Ia padahal sangat menyukai durian sebelum hamil. Namun, kenapa tadi saat ia baru ada di parkirannya saja sudah merasa mual. Hana langsung mengajak Gabriel pergi dari sana dan pulang. Ia kira karena bau rumah sakit tadi masih terbawa, tapi Hana kini menebak jika itu semua karena durian. Rasa mualnya memuncak saat mencium aroma durian. "Sial! Padahal sebelumnya aku sangat menyukai durian," keluh Hana.

"Aku tidak suka durian," ungkap Samuel sembari berlutut di depan Hana.

"Apa hubungannya?" tanya Hana tak mengerti kenapa Samuel memberitahunya hal itu.

"Ibu pernah bilang padaku jika mungkin saja nanti aku atau kamu membenci makanan atau aroma yang dulu kita sukai tanpa alasan yang pasti. Atau bisa saja kita menyukai apa yang dulunya tidak kita sukai."

"Kenapa bisa begitu? Apa hubungannya?" tanya Hana semakin bingung dengan arah pembicaraan Samuel.

"Tidak tahu, kata Ibu itu biasa dialami oleh pasangan yang istrinya sedang hamil."

"Tidak masuk akal," tepis Hana. "Kamu membohongiku?"

Samuel memutar bola matanya malas. "Tanya pada Ibu sekarang jika kamu tidak percaya."

"Kamu sering bertanya pada Ibu, ya?" selidik Hana.

"Setiap pagi Ibu mengirimkan pesan berisi ceramah tujuh jilid tentang kehamilan. Aku tidak bertanya apa-apa. Jangan terlalu percaya diri.

Hana mencibir. "Di mana ponselku? Seharusnya Ibu langsung mengirimnya ke ponselku saja biar tidak sia-sia." Hana mengedarkan pandangannya untuk mencari benda pintar kesayangannya itu.

Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang