Happy Reading 😆😄
Gebrakan meja yang Hana lakukan dengan tumpukan berkas di tangannya membuat tiga orang di ruangan itu terperanjat kaget.
"Bisakah kamu tidak membanting barang, huh!" teriak Gabriel yang masih terselimuti rasa terkejutnya. "Kamu menyakiti telingaku!"
Hana memutar bola matanya sebal dengan kedua tangan yang bertengger di atas pinggang. "Hey, Gabriel Lucas! Suara tumpukan berkas ini bahkan lebih merdu dari teriakanmu!" balas Hana lalu duduk di balik meja kerjanya dengan tatapan jengkel yang masih tertuju pada Gabriel.
Pemuda yang selalu bertengkar kekanakan dengan Hana itu hanya mencibir perkataan Hana dengan malas.
"Ada apa, Han?" tanya Dini yang sedari tadi menjadi penonton pertengkaran kedua teman kerjanya itu.
Hana mendengkus kasar. "Sialan! Bos memberiku tumpukan sebanyak ini sedangkan hasil wawancara kemarin belum aku selesaikan. Aku curiga pria tua itu punya dendam tersembunyi padaku!" keluh Hana masih dengan nada kesal yang tak ada habisnya.
"Kita memang sedang dikejar deadline. Nikmati saja," sambar Gabriel yang merasa mulutnya cukup gatal jika tidak menimpali apa pun yang Hana ucapkan.
Suara benda padat yang saling bertemu membuat Hana tersenyum bangga pada Ricky yang ada di sudut ruangan. Pasalnya pria itu tidak segan-segan melempar bolpoin ke kepala Gabriel.
Gabriel mengusap kepalanya terkejut. "Hei! Ini kekerasan! Kenapa kamu selalu membelanya?" geram Gabriel sembari melotot ke arah Ricky.
Tanpa mengalihkan perhatian dari laptop kesayangannya, Ricky menjawab, "Hana sedang kesulitan dan kamu terus saja membuat perasaannya semakin buruk. Tidak ingat jika kita adalah tim?"
"Rasakan itu," ledek Hana puas.
"Tahun ini predikat best couple sepertinya akan jatuh pada kalian. Kalian benar-benar kompak menyiksaku," gerutu Gabriel.
Hana mengurungkan niatnya untuk membalas ucapan Gabriel ketika bahunya ditepuk Dini.
"Kita selesaikan bersama," bujuk Dini menghibur.
"Selesaikan saja sendiri!" sahut Gabriel sinis.
Hana memicingkan matanya kesal karena kepalanya yang sudah mendidih dengan bahan-bahan berita miliknya kini semakin panas mendengar setiap kata yang terlontar dari mulut Gabriel.
Ia kali ini cukup bisa menahan dirinya untuk tidak menimpali ucapan Gabriel yang memang sengaja memancing amarahnya sebelum jam istirahat seperti ini. Empat tahun mengenal pemuda itu membuat Hana belajar banyak arti kesabaran menghadapi manusia setengah jenglot seperti teman setimnya itu. Beruntung di tim mereka ada Ricky dan Dini yang lebih sering ada di pihak Hana, jadi Hana merasa tidak terlalu menderita mengenal Gabriel."Ikut saja dengan kita ke bar nanti malam," ajak Dini semangat.
"Hana itu payah, mana tahu dia tempat seperti itu. Bersenang-senang versi Hana Taruma adalah berdiam diri di dalam kamar dengan tumpukan berkas gosip dan secangkir kopi yang tak sehangat berita dalam bekasnya." Gabriel tertawa lantang setelah mengatakan kalimat panjang itu. Apalagi tatapan jengkel Hana yang tertuju padanya kini semakin membuatnya terhibur.
Hal itu membuat Gabriel meninggalkan mejanya untuk menghampiri Hana.Hana berdecak malas. "Kalian saja. Aku banyak tugas," tolak Hana sembari menggelengkan kepalanya.
"Mungkin sesekali kamu memang butuh bersenang-senang dengan kami, Hana." Kali ini Ricky yang angkat suara. Ia juga kasihan pada Hana yang sangat gila kerja itu. Itu kenapa bos mereka lebih sering melimpahkan banyak bagian pada Hana karena atasan mereka itu tahu Hana akan menyelesaikannya dengan sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
عاطفية"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...