Apakah ini mimpi? Kenapa updatenya cepat sekali 🤣
Happy reading 🥰
Hana menggelengkan kepalanya. "Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan, Samuel? Apakah kamu sudah tidak waras?" Hana benar-benar tidak habis pikir pada kepuasan Samuel yang ia anggap sangat sembarangan.
"Katakan saja aku memang sudah gila! Tapi, Hana. Perasaanku padamu tidak main-main. Aku sudah sangat mencintaimu dan aku tidak bisa mengendalikan diriku. Jika aku sampai kehilanganmu, aku akan benar-benar gila!"
"Kamu memang sudah gila! Beberapa waktu lalu bahkan ucapanmu yang mengatakan hanya akan mencintai Clarine dan tidak mungkin bisa jatuh cinta padaku masih tersimpan apik di kepalaku, Sam! Sekarang tiba-tiba kamu mengaku mencintaiku? Bukankah seharusnya aku tertawa sekarang? Kamu terlalu tidak masuk akal!" bentak Hana marah.
"Aku tidak tahu sejak kapan perasaan ini ada. Mungkin saat aku mengatakannya dulu, bahkan aku sudah memiliki rasa padamu, Hana! Aku tidak bisa mengendalikan perasaan ini. Aku akan memberimu bukti bahwa aku tulus. Aku ingin membahagiakanmu dan anak kita. Aku benar-benar akan bertanggung jawab atas kalian."
Tatapan Hana semakin muak. "Aku tidak butuh pertanggungjawabanmu!"
"Tapi dia butuh." Samuel menyentuh pelan perut Hana. "Anak kita tidak berdosa, Hana. Jangan menghukumnya seperti ini."
Tangan Samuel di perut Hana ditepis kasar oleh perempuan itu. "Kata-katamu seolah semua ini salahku. Menikah denganmu, bersandiwara di depan orang tuamu, mengalah padamu dalam hubungan kita, berusaha terus membuka kesempatan untukmu, kamu pikir untuk siapa aku melakukan ini semua? Bayi ini sudah terlatih kuat bersamaku, dia tidak butuh sosok ayah sepertimu."
Perkataan pahit dan kejam itu tentu saja melukai hati Samuel. Ia bahkan langsung terbungkam, tidak bisa mengatakan apa-apa lagi untuk beberapa saat. Ucapan Hana semuanya benar. Keyakinan Samuel mulai runtuh. Mungkin benar mereka tidak membutuhkan Samuel, tapi kini keadaan seperti dengan kejam dibalik hingga Samuel merasa ia yang membutuhkan mereka. Hana dan bayi mereka.
Samuel tidak terbayang jika sampai ia kehilangan keduanya. Ia merasa bersalah karena telah menyia-nyiakan keduanya. Setiap mengingat keputusan pendeknya saat pertama kali Hana mengatakan bahwa ia sedang hamil membuat Samuel terus masuk ke lubang penyesalan yang mengerikan. Ia bahkan tak habis pikir bagaimana dulu ia bisa dengan mudah mengatakan pada Hana untuk menggugurkan bayi mereka. Jika dipikirkan lagi, Samuel sadar dirinya sudah sangat keterlaluan.
"Aku ... akan memanfaatkan kesempatan terakhir yang bisa kuambil."
Perempuan itu melipat bibirnya ke dalam seperti putus asa, bagaimana lagi caranya bisa bercerai dengan lebih mudah jika Samuel terus keberatan seperti ini. Hana menjadi geram lalu membuang pandangannya ke luar jendela. "Aku tidak peduli, aku ingin kita tetap bercerai."
Samuel meraih tangan Hana untuk ia genggam, tapi Hana langsung menariknya tak sudi.
"Kamu hanya bisa membuat aku dan anakku bahagia jika melepaskanku, Sam!"
"Baik!" kata Samuel setengah kesal. "Baiklah, kamu sudah memutuskan, jadi aku juga bisa memutuskan sendiri!" Samuel kembali memakai sabuk pengamannya dan segera melajukan mobil.
Hana sama sekali tidak lagi menatap Samuel selama perjalanan yang hening hingga mobil berhenti di parkiran rumah sakit. Perempuan itu keluar dari mobil dan mengambil keranjang buah di tempat duduk belakang untuk mengunjungi mertuanya.
Samuel menyamakan langkahnya dengan Hana saat memasuki rumah sakit. Begitu menginjakkan kaki di pintu masuk, Hana langsung mengernyitkan hidungnya kemudian berhenti.
"Ada apa?" tanya Samuel sembari menatap Hana.
Hana hanya menutup hidung dan mulutnya ketika ia hampir mual. "Bau obat-obatannya sangat menyengat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...