Happy reading 😍
Gabriel melirik Ricky sebentar lalu menjawab, "Ini penting, bisakah kami bertemu Samuel?"
"Ayo masuk dulu. Samuel belum pulang." Wanita paruh baya yang masih tampak segar itu membimbing Gabriel dan Ricky masuk.
"Saya ibunya Sam. Saya tidak pernah melihat kalian sebelumnya, jadi saya tadi bertanya," jelas wanita itu yang sudah duduk di sofa ruang tamu diikuti kedua orang tamunya. Ia memanggil seorang pelayan untuk membuatkan tamunya minuman.
"Tidak perlu repot-repot, Tante," kata Ricky tak enak tapi wanita yang bernama Lusi itu menggeleng dengan senyum keibuan.
"Samuel sebentar lagi biasanya akan pulang."
Gabriel menyenggol bahu Ricky. Mereka benar-benar merasa tak enak karena Lusi begitu hangat menyambut kedatangan mereka. Ia tak tahu bagaimana reaksi wanita itu setelah nanti mereka mengatakan bahwa putranya menghamili adik perempuan mereka.
"Sama sekali tidak repot. Oh, sepertinya saya tahu ID card itu," kata Lusi sembari menunjuk tanda pengenal karyawan perusahaan yang masih mengalung di leher Ricky.
Ricky mengikuti arah tatap Lusi. "Kami karyawan Smart Media, Tante. Kami jurnalis."
Lusi mengangguk-anggukkan kepalanya. "Itu perusahaan yang besar dan pasti diisi oleh orang-orang hebat!"
Ricky dan Gabriel semakin canggung dibuatnya. Beruntung pelayan yang datang membuat mereka bisa keluar sejenak dari obrolan.
"Samuel tidak lembur akhir-akhir ini, dia sebentar lagi pasti akan pulang," kata Lusi. "Oh, Sam!" panggil Lusi pada putranya yang baru saja masuk ke dalam rumah.
Gabriel dan Ricky menoleh bersamaan untuk menatap Samuel. Tanpa dikomando, tatapan mereka berubah seratus delapan puluh derajat dengan bagaimana cara mereka menatap Lusi tadi.
"Ibu, siapa mereka?" tanya Samuel yang melihat kedua pemuda asing itu lalu berjalan ke arah ibunya untuk bergabung.
"Kamu tidak mengenali mereka? Bukankah mereka temanmu?" tanya Lusi bingung.
"Ah, Tante. Sebenarnya kami bukan teman Samuel, tapi ada hal penting yang harus kami selesaikan dengan Samuel." Gabriel mengambil alih pembicaraan. Ia tak peduli pada tatapan heran Samuel dan Lusi yang begitu kentara, mereka kebingungan.
Gabriel mengambil ponselnya lalu membuka foto Hana dan menghadapkan benda pintar itu pada Samuel. "Kamu mengenalnya?"
Tubuh Samuel menegang melihat wajah Hana yang sedang tersenyum menghadap ke kamera. Ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Samuel bahkan tak bisa mengontrol getaran emosi dari eratnya kepalan tangan. "Ibu, tolong tinggalkan kami dulu," kata Samuel berusaha lebih tenang.
Lusi tak menjawab, ia sempat bertanya-tanya kenapa Gabriel menunjukkan foto seorang wanita pada Samuel.
"Takut?" tanya Gabriel meremehkan. Terlihat sekali ia sudah berusaha menahan emosinya, tapi ia benar-benar membenci pria tak bertanggung jawab ini.
Samuel semakin mendidih dibuatnya.
"Ada apa sebenarnya ini?" tanya Lusi khawatir. "Sam, kamu ada masalah, Nak?"
"Bu...."
"Siapa wanita itu? Kamu mengenal mereka? Ada masalah apa kamu dengan mereka, Sam?" desak Lusi semakin khawatir.
"Tidak, Bu. Tolong tinggalkan kami sebentar, Sam akan menyelesaikannya."
Gabriel tak tahan, ia membuka suaranya untuk menyela, "Dia adalah adik kami. Adik kami sekarang sedang hamil karena ulah putra Anda."
Lusi tercengang mendengarnya sedangkan Samuel semakin mengepalkan tangannya.
"Apa? Tidak mungkin," gumam Lusi tak percaya dengan apa yang baru saja mereka katakan. "Sam, katakan pada ibu jika itu tidak benar."
"Ibu, Sam akan mengurus semuanya—"
"Apa itu artinya ucapan mereka benar?" tanya Lusi dengan tajam. Belum sempat Samuel mencoba menjelaskan, wanita paruh baya itu sudah berdiri dari duduknya. "Ayah Ayah!"
"Ibu." Samuel ikut berdiri dan memegang bahu ibunya. Ia tak akan bisa berkutik jika sampai ayahnya tahu hal ini.
"Ada apa ini?" Seorang pria lima puluhan keluar dari sebuah pintu dan menghampiri istrinya.
Lusi segera meraih kedua tangan suaminya. "Sayang, Samuel...."
"Ibu," potong Samuel semakin panik. "Sam bisa menyelesaikannya, Bu." Samuel tampak gusar dan hampir putus asa.
"Ayah, Samuel menghamili adik mereka," kata Lusi dengan air mata yang membasahi wajahnya.
Juna menatap tajam Samuel yang langsung menunduk. "Angkat kepalamu dan katakan yang sebenarnya, Sam!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romansa"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...