Chapter 31-Kesepakatan yang Patah

4.2K 418 68
                                    

Hai💗 nunggu lama nggak?

Happy reading 🥰

Setelah puas menangis di dalam mobil, Hana kini tertidur pulas karena kelelahan. Samuel tidak lagi memaksanya makan karena Hana hanya mengatakan ingin segera pulang.

Samuel melirik Hana yang tertidur di kursi penumpang, ia masih tak habis pikir bagaimana bisa tiba-tiba Hana menangis karena Alan. Ada perasaan tak terima ketika wanita itu masih mengungkit mantan tunangannya.

Mereka terjebak kemacetan di persimpangan jalan karena di depan sana ada kecelakaan yang membuat jalan ditutup sementara. Suara klakson saling bersahutan membuat Samuel menahan umpatannya. Pria itu melepaskan sabuk pengamannya dan mendekati Hana, membawa tubuh Hana ke dalam dekapannya. Kepala Hana Samuel sandarkan ke dadanya dan satu lagi tangannya menutupi telinga Hana yang lain.

Samuel tahu wanita ini kelelahan, jadi ia berusaha untuk membuatnya tetap terlelap dengan nyaman. Setidaknya akan membutuhkan waktu setengah jam sampai sebagian jalan dibuka lagi.

Satu tangan Samuel yang bebas perlahan menyentuh perut Hana. Samuel sudah bisa merasakan bahwa perut Hana sedikit menonjol di tangannya. Ada kehidupan darinya yang sedang hidup dan tumbuh di sana. Perasaan Samuel kembali tergerak. Di beberapa kesempatan, tanpa Samuel tahu sebabnya, setiap ia melihat perut Hana, Samuel akan termenung sejenak. Ada perasaan tak biasa yang menjalar di hatinya setiap menyadari ada kehidupan miliknya di perut Hana.

Hana bergerak pelan dalam dekapan Samuel. Wanita itu berusaha mencari posisi ternyamannya meski sekarang ia tertidur dengan posisi duduk.

Samuel mengusap-usap kepala Hana agar istrinya itu tidak terbangun.

Suara ponsel dari balik saku jasnya mengagetkan Samuel dan Hana. Perempuan berbadan dua itu segera menarik diri dari Samuel dan mengedarkan pandangannya.

Samuel mengumpati ponselnya dalam hati lalu melihat siapa yang menghubungi. Nama yang sama seperti beberapa menit lalu tertera di layar ponselnya. Sang mantan tunangan.

"Aku harus kembali ke kantor," kata Hana dengan suara parau.

Samuel menoleh lalu kembali menatap layar ponselnya dan mematikan panggilan dari Clarine. "Istirahat saja dulu. Kita pulang."

"Ada bahan presentasi yang harus kuselesaikan, Sam."

"Tidak apa-apa, nanti malam saja kerjakan di rumah. Aku akan membantumu," bujuk Samuel sembari mengelus rambut Hana.

Hana menatap suaminya curiga. Setiap Samuel berbuat baik padanya, Hana selalu merasa ada yang tidak beres dari pria itu. Bukankah sikap dan ucapan Samuel selalu seenaknya jika sedang bersamanya?

"Aku mengkhawatirkanmu," kata Samuel yang paham arti tatapan Hana.

"Aku baik-baik saja." Hana kembali mengedarkan pandangannya untuk melihat situasi yang kurang kondusif ini. Suara klakson masih saling bersahutan seolah semakin keras suaranya, masalah di depan sana akan segera selesai juga. "Ada apa di depan?"

"Ada kecelakaan. Kita tidak bisa putar balik juga. Bersandarlah," suruh Samuel dan mendorong pelan bahu Hana agar bersandar pada sandaran jok.

"Aku bukan orang sakit, Sam!" protes Hana agak kesal.

Samuel tersenyum kecil. "Aku tidak bilang kamu sedang sakit, Hana. Kamu kelelahan menangis."

Hana menurunkan kaca depan dan melihat wajahnya. Ia tampak pucat dan matanya sembab. Wanita itu menghela napasnya. "Tadi di restoran aku bertemu dengan Alan."

Samuel mengernyit. "Kapan?"

"Saat baru saja masuk."

Samuel terdiam sejenak karena berpikir. "Kalian bertengkar?"

Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang