Nunggu lama nggak? Enggak kan?
Salah sendiri lebih banyak pembaca gelapnya sekarang 😝Happy reading 😍😚
Hana memasuki sebuah cafe lalu pandangannya langsung menemukan orang yang akan ia temui. Dengan langkah yang berat, Hana menghampiri wanita paruh baya itu. "Tante," sapanya dengan senyum kecil yang dipaksakan.
Wanita itu membalas senyumnya. "Apa kabar?"
Hana tersenyum lagi, hampir menangis saat mendapatkan perhatian nyata itu. Setelah apa yang ia lakukan, wanita itu masih sudi bersikap lembut padanya. Hana menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan diri agar tidak menangis lagi. "Hana baik."
Tangan wanita itu terulur untuk menyentuh wajah sayu Hana. Matanya bengkak karena terlalu banyak menangis. Apa yang Hana takutkan terjadi, air matanya tak terbendung. Mengalir begitu derasnya tanpa bisa Hana cegah.
"Maaf, hks. Maaf, Tante." Hana menangkup wajahnya, tak kuasa melihat wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri itu.
"Kamu bilang baik? Badanmu sangat kurus, Hana."
Hana semakin menangis tersedu. Tak ada gurat marah dari wanita di hadapannya meski Hana sadar telah menggores kekecewaan mendalam di hatinya. "Kenapa Tante Nadia masih sangat baik pada Hana? Hana tidak berguna. Hana mengecewakan Tante Nadia."
Nadia menggenggam sebelah jemari Hana. "Tenanglah dulu. Kita hanya bisa bicara jika kamu lebih tenang, Hana."
Hana memejamkan matanya dan mengembuskan napasnya berkali-kali agar sesak di dadanya berkurang.
Nadia mengusap punggung tangan Hana di atas meja. "Kemarin Tante sangat marah karena Tante pikir kamu dan Alan memutuskan pertunangan kalian tanpa memberitahu keluarga. Tante sangat terkejut melihat berita pernikahanmu. Seberapa pun Tante berpikir kamu tidak mungkin sekurang ajar itu, tapi nyatanya pernikahan itu benar-benar dilaksanakan."
Tangis Hana kembali pecah. Tangannya yang digenggam Nadia bergetar hebat karena rasa bersalahnya. "Hks, maafkan Hana, Tante. Hks!"
Nadia berdiri lalu memutari meja kecil itu untuk berada di sebelah Hana. Wanita itu memeluk perempuan yang sudah ia anggap seperti anak sendiri itu dengan sayang. "Tante sangat terkejut saat kemarin Alan menelepon Tante dan seolah tidak terjadi apa pun di antara kalian. Bahkan Alan bilang kamu bertugas di pelosok untuk menyelesaikan proyek dokumenter. Jujur, Tante semakin marah."
"Hana salah. Hana bersalah. Hks! Hana menyakiti Tante dan Alan. Hana terlalu pengecut untuk mengatakan ini pada Alan, hks."
Nadia merangkum wajah Hana yang tampak berantakan. Ibu jarinya bergerak lembut menghapus air mata Hana. "Tante sudah tahu semuanya. Gabriel menceritakan semuanya pada Tante."
Hana terkejut. Ia menatap Nadia dengan mata tak berkedip. "Ga-Gabriel?"
Nadia mengangguk. "Tante ragu menemuimu untuk meminta penjelasan. Tante takut kecewa, jadi Tante menemui Gabriel. Jangan menyalahkannya. Tante yang memaksa Gabriel mengatakannya." Nadia bahkan benar-benar harus menaksa dulu sampai Gabriel mau menceritakan apa yang sebenarnya dialami Hana hingga menjadi wanita yang ia pikir tidak sopan tadi.
Awalnya Gabriel menceritakannya setengah-setengah, tapi akhirnya setelah didesak, Nadia mendapatkan informasi yang lebih dari cukup.Hana menundukkan wajahnya begitu dalam, merasa malu karena tidak bisa menjaga dirinya. Jika ia diizinkan, Hana rela berlutut di hadapan wanita berhati lembut ini agar diberi pengampunan atas apa yang ia lakukan pada putranya.
"Sayang." Nadia kembali membuat Hana mau tak mau menatapnya. "Seberapa pun Tante menyayangimu, Tante ingin kamu dan Alan bahagia. Hibungi Alan, katakan yang sebenarnya. Dia pasti bisa mengerti dan memaafkanmu. Jangan beri harapan kosong pada Alan. Alan berpikir semuanya masih baik-baik saja. Ia sedang sangat bahagia karena berharap pulangnya akan kamu sambut bersama restu dari papanya untuk menikahimu. Hentikan itu sekarang juga sebelum Alan semakin naik ke atas awan. Ini tidak adil untuk Alan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...