Chapter 11

2.4K 254 6
                                    

Kalau ada typo kasih tahu ya.

Happy reading 😍

"Kau puas?" sindir Samuel saat mereka baru saja memasuki kamar yang mulai sekarang akan mereka tempati.

Hana tak menjawab, ia memilih diam daripada terpancing keributan. Pesta pernikahan yang berlangsung selama enam jam cukup menguras tenaganya. Ia pikir pernikahannya hanya akan dilaksanakan sederhana, tapi keluarga Atmaja sudah mempersiapkan semuanya hanya dalam waktu seminggu.

Samuel membuka jasnya dan ia lempar ke sofa kemudian berlalu ke kamar mandi.

Hana memungut jas Samuel lalu memasukkannya ke keranjang kotor. Ia berjalan ke pojok kamar untuk mengambil kopernya dan memberesi pakaiannya ke dalam lemari.
Ia terpaksa menerima pernikahan ini karena bujukan ibunya yang membicarakan soal akta anaknya nanti. Juga pada Lusi yang sehari setelah pertemuan mereka jatuh sakit karena terlalu berpikir berat. Samuel datang padanya dengan nada angkuhnya sudi menikahi Hana hanya untuk membuat ibunya bahagia.

Hana tak tahu keputusan yang ia ambil dengan berpikir dua hari itu benar atau salah, tapi ia hanya tak ingin egois. Bayi ini butuh status sang ayah di akta kelahirannya nanti. Untuk selanjutnya, Hana akan memikirkannya nanti. Pun jika saat ini mereka bercerai, Hana tak keberatan karena ia sudah pernah mendaftarkan pernikahan jadi anaknya akan mendapatkan akta yang sah.

"Jangan dimasukkan," ucap Samuel yang baru saja keluar dari kamar mandi pada Hana yang hampir selesai merapikan bajunya ke dalam lemari.

Hana menatap Samuel yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Kenapa?"

"Besok kita akan pindah ke rumahku. Aku ingin kita berpisah dari orang tua."

"Tidak," tolak Hana cepat. "Aku tidak ingin hanya berdua denganmu!" ujar Hana dingin.

Samuel menyambut ucapan Hana dengan tatapan sinis. "Apa yang kamu maksud berdua?" tanya Samuel sembari mendekati Hana dengan langkah yang sengaja ia pelankan. Tatapannya juga aneh bagi Hana dan ia patut waspada.

Hana berbalik untuk menghadap pintu lemari agar tak melihat Samuel yang semakin dekat. "Aku hanya ingin di sini."

Samuel menumpukan satu sikunya ke pintu lemari di sisi kiri Hana sedangkan tangan kanannya menutup akses Hana di sebelah kanan. "Kau takut?"

"Tidak!" jawab Hana cepat. Ia berusaha menyingkirkan tangan kanan Samuel yang menghadangnya tapi pria itu tak segera menyingkir. "Kenapa aku harus takut padamu!"

Samuel malah mendekatkan wajahnya ke sisi kiri wajah Hana yang tentu saja langsung berpaling ke kanan sepenuhnya. "Apa kamu berpikir aku akan menyiksamu jika kita hanya berdua? Menyuruhmu tidur di lantai, mendorongmu dari tangga, menyirammu di kamar mandi, atau menceburkanmu ke kolam?"

Hana bergidik ngeri jika itu benar-benar terjadi padanya. Ia hanya ingin hidup tenang tanpa rasa bersalah pada bayinya yang tidak akan mendapatkan nama ayah di aktanya nanti dan untuk kesehatan Lusi yang menurun jika ia tidak menikah dengan Samuel.

Samuel tertawa melihat Hana yang tak berkutik. Pria itu menjauhkan tubuhnya dengan gelengan kepala tak habis pikir. "Kamu berpikir terlalu jauh, Hana. Aku tidak sejahat itu. Kamu bisa menganggap rumahku nanti seperti rumahmu sendiri, aku hanya ingin berpisah dengan orang tuaku ketika menikah. Kamu paham prinsip seorang pria, kan?" Samuel kembali mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.

Hana berdecih kesal. Berani-beraninya dia membicarakan tentang prinsip seorang pria setelah apa yang dia lakukan beberapa minggu terakhir ini padanya dan bayinya. Apakah sikapnya kemarin menunjukkan bahwa dia itu seorang pria? "Beri aku waktu," gumam Hana yang masih menghadap pada lemari.

Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang