Happy reading 🥰
"Di apartemen ini hanya ada satu kamar tidur, di mana Ayah akan tinggal?"
"Erick sudah mengurusnya." Johnny meraih ponsel di atas meja, kemudian membuka pesan terakhir dari Erick. Memberikan ponselnya pada Hana ketika layarnya menampilkan foto-foto yang baru saja Erick kirimkan.
"Rumah siapa ini, Ayah?" tanya Hana sembari menggeser beberapa foto di sana yang menampilkan tampilan luar sebuah mansion bergaya Eropa, bagian ruang tengah, kolam di samping halaman, dapur, kamar tidur, juga beberapa ruangan lainnya.
"Untuk sementara, ayah akan tinggal di sana."
Hana menganggukkan kepalanya mengerti dan masih lanjut melihat-lihat. Bahkan halaman belakang yang penuh dengan bunga juga tak luput dari bidikan kamera dari Erick. "Ini terlihat nyaman. Ayah menyewanya?"
Johnny tertawa kecil hingga Hana mendongak untuk menatapnya.
"Kenapa Ayah tertawa?"
"Ayah membeli rumah ini."
"Membeli?" ulang Hana terkejut. "Ayah hanya beberapa waktu ada di sini, kenapa harus membeli? Jika Ayah kembali ke Belanda, ini tidak mungkin akan cepat terjual lagi. Sayang uangnya, seharusnya Ayah menyewa salah satu unit apartemen di sini saja." Hana mengembalikan ponsel ayahnya.
Johnny mengulurkan tangannya, tak bosan mengusap puncak kepala Hana. Jika bukan karena perut Hana yang membesar, ia pasti sudah lupa jika putrinya bukan gadis kecil lagi. "Sayang, kamu ada di sini. Kenapa ayah harus menjualnya lagi?"
"Aku?" tanya Hana bingung.
"Hana, kamu sudah dewasa. Kamu bisa menentukan hidupmu sendiri. Apalagi kamu akan segera menjadi seorang ibu. Ayah tahu, seharusnya ayah tidak melakukan pengaturan apa pun lagi untukmu karena kamu berhak menjalani hidup sendiri sesuai dengan apa yang kamu inginkan." Johnny menjeda, sama sekali tidak mengurangi tatapan lembutnya pada sang putri. "Tapi semua yang ayah lakukan selama ini adalah untukmu dan ibumu."
"Ayah, aku sudah tahu hal itu." Hana tersenyum menenangkan karena nada bersalah ayahnya.
"Maka dari itu, kamu bisa menentukan pilihan hidupmu sendiri. Ikut ayah ke Belanda dan mengunjungi ibumu tiga bulan sekali di Bali, ikut ibumu tinggal di Bali, atau tetap di Jakarta."
Pandangan Hana terlihat berat. "Ayah ...."
"Betapa tegarnya putri ayah ini." Senyum bangga Johnny kepada Hana tidak bisa ia tutupi. "Bahkan saat kamu sudah seperti ini, kamu tidak langsung berlari ke pelukan ibumu. Jika kamu memang ingin tinggal di Bali, sudah sejak lama kamu akan ke sana. Buktinya kamu masih ada di sini. Kamu tidak ingin menunjukkan sedikit pun sisi lemahmu padanya, kan?"
Hana terdiam, ucapan ayahnya sangat tepat. Ia berpikir akhirnya tetap akan pergi ke Bali dan merawat anaknya di sana. Namun, di hati kecilnya, ia tidak ingin merepotkan ibunya lagi. Hana benar-benar ingin bisa menghidupi dirinya sendiri. Itu kenapa ia selalu mengulur waktu untuk kembali ke Bali.
"Ayah tahu kamu pasti memilih menetap di sini jika bisa. Jadi, jangan menolak pemberian ayah yang satu ini. Ini adalah hadiah untuk cucu pertama ayah." Johnny meringkas jaraknya dengan Hana, kemudian mengusap perut besar Hana.
Setiap mendengar berita baru yang disampaikan Erick padanya tentang keadaan Hana selama berkonflik dengan Samuel, Johnny selalu ingin segera terbang menemui Hana kemudian memeluknya dan berbisik bahwa Hana masih memiliki dia untuk bersandar.
Namun, hal itu selalu ia kubur kembali dan hanya mampu melihat dari jauh. Hana akan semakin marah jika tahu Johnny ikut campur dalam urusan hidupnya.
Kini, putri yang selalu ia bayangkan bisa ia peluk sepuasnya ada di depan mata. Bisa ia dekap kapan saja. Perasaan berbunga-bunga ini sangat sulit memudar sejak detik pertama ia bertemu lagi dengan Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...