Ingat! Kalau typo aku dikasih tahu. nggak sempat editing soalnya 😚😝
Happy lunch 😆
Suara mobil yang sangat ia hafal membuat Hana segera meninggalkan televisi dan berlari kecil menuju pintu utama untuk menyambut kepulangan suaminya. Hana sudah sangat menunggu Samuel hanya untuk meminta izin pergi ke Maroko.
Sebenarnya Hana merasa tidak perlu izin Samuel juga untuk pergi, tapi karena Dini menceramahinya panjang lebar tentang cara istri yang baik menghargai kepala rumah tangga, maka Hana memutuskan untuk izin saja daripada bertengkar dengan Dini.
Toh, Hana yakin Samuel hanya akan mengatakan terserah."Sam!" sapa Hana ceria saat ia baru saja membuka pintu.
Samuel yang masih mengambil jasnya di dalam mobil menoleh. "Ada apa? Kenapa senyummu lebar sekali?" tanyanya curiga.
"Aku ingin bicara," ucap Hana sembari mendekati Samuel dan meraih jasnya untuk ia bawakan.
"Gelagatmu membuatku yakin ada sesuatu yang akan memancing pertengkaran di antara kita."
Hana memukul bahu Samuel dengan jengkel. Ia mengikuti suaminya masuk ke dalam rumah. "Tidak."
"Aku mandi dulu."
"Hanya sebentar, Sam." Hana membuntuti Samuel yang berjalan menuju kamar mereka.
"Iya, aku mandi sebentar. Kamu tidak lihat aku sudah sangat lusuh seperti ini?"
"Sebentar saja," pinta Hana sembari memegangi lengan baju Samuel yang akan beranjak ke kamar mandi.
Samuel berbalik ingin melontarkan kalimat kekesalannya pada Hana, tapi segera urung karena pipi wanita itu tampak mengembung dengan bibir mengerucut. Jika sudah seperti ini Samuel yakin Hana dalam mode no debat. Pria itu mengalah dan duduk di tepi ranjang. "Katakan."
"Aku ingin minta izin berlibur ke Maroko." Hana berdiri di depan Samuel.
"Kamu ngidam?" tanya Samuel karena mendadak sekali Hana ingin ke Maroko.
Hana menggeleng. "Timku dapat voucher trip ke Maroko karena mencapai penjualan terlaris bulan lalu, kami sudah menemukan waktu yang tepat untuk pergi."
"Tidak usah kalau begitu."
"Sam ...," ujar Hana memelas. Ia tak menyangka Samuel akan mengatakannya. Ia pikir akan sangat mudah meminta izin untuk formalitas saja pada Samuel. "Please," rengek Hana.
"Kata Ibu usia kehamilanmu sedang rentan."
Samuel menggeleng.
"Ayolah, Sam. Kesempatan tidak datang dua kali. Aku belum pernah ke Maroko."
"Kamu sedang hamil muda. Mau terjadi sesuatu padanya?" Samuel menatap wanita keras kepala itu tajam.
"Aku bisa menjaga diri. Ada Ricky, Gabriel, dan Dini yang bisa menjagaku juga."
Samuel berdiri untuk mengakhiri obrolan ini tapi Hana segera meraih ujung kemejanya.
"Ya, ya?" bujuk Hana lagi.
Samuel menghela napasnya. "Kapan?"
"Lusa."
"Apa? Kau akan ke luar negri lusa dan baru memberitahuku sekarang? Kau anggap apa aku ini. Benar-benar membuatku kesal saja!" Samuel langsung mengambil langkah ke kamar mandi.
"Samuel, boleh?"
"Terserah!"
***
Hari ini Hana tidak masuk bekerja karena teman satu timnya liburan ke Maroko untuk beberapa hari. Hana pikir kata terserah dari Samuel berarti izin untuknya, tapi ternyata Samuel masih melarangnya.
Kemarin Hana melakukan persiapan apa saja yang harus ia bawa dan Samuel melihatnya. Mereka sempat bertengkar hebat dan Hana mengungkit perjanjian awal mereka yang tidak boleh saling mencampuri urusan masing-masing.
Hal itu dibalas dengan teriakan Samuel yang tak main-main ketika mengingatkan kesepakatan mereka untuk memberi kesempatan hubungan ini agar lebih baik.Baru di situ Hana diam dan membenarkannya. Ia yang mengusulkan perbaikan hubungan mereka tapi malah Hana sendiri yang seolah menganggap pendapat Samuel tidak penting. Hasilnya wanita itu sangat gengsi karena malu jadi ia memilih mendiami Samuel hingga sekarang.
Hana kesepian. Ia hanya bisa mengobrol dengan bayinya karena Samuel selalu lembur sampai jam tujuh malam. Apalagi foto-foto perjalanan yang sengaja di-upload teman-temannya ke media sosial mereka membuat Hana ingin melempar kaca apa pun dengan vas bunga. Ada rasa kesal yang tidak bisa Hana mengerti. Ia iri.
Suara mesin mobil yang sudah familiar membuat Hana semakin melipat wajahnya. Ia menatap Samuel yang masuk ke dalam rumah dengan sinis.
"Sekarang apa lagi?" tanya Samuel jengah ketika wajah tak enak dilihat istrinyalah yang menyambut kepulangannya setelah seharian bekerja.
Hana hanya memalingkan wajahnya kesal lalu mematikan televisi dan berjalan menuju kamar mereka dengan kaki menghentak lantai.
Samuel menghela napasnya agar tidak terpancing lalu membanting tubuhnya ke sofa yang tadi Hana duduki tadi. Pria itu membuka sepatunya dan melempar jasnya ke meja lalu melonggarkan dasi yang sejak pagi mencekik lehernya. Ia membaringkan tubuhnya yang lelah. "Rasanya ingin memaki orang!" umpat Samuel berusaha sabar menghadapi sikap Hana.
***
Berkali-kali Hana mencuri tatap pada pintu kokoh kamarnya yang sama sekali belum ada pergerakan. Setelah tiga puluh menit berlalu, Hana belum mendapati orang yang ia tunggu masuk ke dalam kamar mereka.
Rasa penasarannya tidak bisa ditepis lagi. Ia hanya khawatir Samuel pergi dari rumah karena marah padanya. Hana menyibak selimutnya kemudian meninggalkan tempat tidur yang sangat ngaman itu dan keluar dari kamar.
"Sam," panggil Hana pelan saat baru keluar dari kamar. Lampu yang masih sangat terang membuat Hana mudah menyapukan pandangannya ke beberapa penjuru rumah untuk mengetahui keberadaan Samuel.
Ia berjalan mengendap-endap menuju ruang keluarga, di mana ia terakhir kali melihat Samuel.
"Sam," panggil Hana pelan ketika melihat Samuel tertidur di sofa ruang tamu. Pria itu melipat kedua tanganya di dada dan Hana yakin udara di sini cukup dingin.
Hana kembali ke kamarnya untuk mengambil selimut. Wanita berbadan dua itu mengibaskan tangannya di depan wajah Samuel untuk memastikan bahwa pria itu benar-benar sudah tidur. Hana mulai membentangkan selimutnya dari bawah kaki Samuel kemudian ia mengambil tempat di sebelah Samuel dengan selimut yang membungkus keduanya.
Ia sedang kesal tapi ingin tidur di dekat Samuel. Ia juga merasa hanya sedang iseng melakukannya.Hana tak sabar menanti reaksi Samuel nanti pagi ketika bangun dan mendapati Hana ada di sebelahnya. Tanpa sadar Samuel memiringkan tubuhnya dan menyusupkan lengannya di bawah leher Hana kemudian membawa tubuh berisi itu ke dalam dekapannya.
Hana menatap wajah Samuel yang masih terpejam. "Sam," panggilnya memastikan bahwa Samuel memang sudah tidur.
Tak ada jawaban dari Samuel. Hana tak ingin ambil pusing dan ikut memejamkan matanya untuk tidur. Bahkan Hana yang selalu harus dalam keadaan bersih sebelum tidur tidak keberatan jika Samuel belum mandi. Mengganti kemejanya dari pagi saja tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...