Happy reading 😍
"Saya hanya ingin hidup tenang tanpa mengenal keluarga Anda." Hana tersenyum kecut.
"Hana," panggil Lusi sendu.
Hana menggigit bibir bawahnya, menahan tangis. Ia teringat pada ibunya. Hana menyakiti hatinya.
Lusi mundur satu langkah dan menatap suaminya, ia tak tahu lagi bagaimana harus berbicara pada Hana yang keras kepala.
"Kamu tahu Samuel akan menikah?" tanya Juna.
Hana mengangguk. Ia tak akan mengganggu rencana bahagia mereka.
"Jadi berikan kami waktu untuk mengurus semuanya."
"Waktu untuk apa, Om?" tanya Hana bingung.
"Keluarga calon istri Samuel bukan orang sembarangan. Berikan kami waktu untuk membicarakan hal ini pada mereka agar pernikahannya dibatalkan dan kami akan bertanggung jawab padamu."
Hana menggelengkan kepalanya tak percaya mendengar ucapan Juna. Itu konyol. Tidak bisakah mereka meninggalkannya sendiri saja?
"Tidak, Ayah!" Bahu Hana ditabrak dari belakang hingga ia maju dua langkah dan hampir jatuh. Beruntung ia tadi masih menegangi pintu hingga tidak mempermalukan dirinya sendiri jatuh di hadapan mereka.
"Aku tidak akan pernah menikahi wanita seperti ini, Ayah!" kata Samuel dengan tatapan sinis yang tertuju pada Hana.
Hana meradang dan membalas tatapan sinisnya tak kalah tajam. Dia itu pengecut, batin Hana.
"Samuel, ini kesalahanmu," ujar Lusi mencoba menyadarkan Samuel yang keras kepala. Wanita itu memegangi bahu putranya kuat-kuat.
Samuel menggeleng. "Tidak, Ibu. Samuel sangat mencintai Clarine."
Hana memejamkan matanya. Baru kali ini ia merasa sangat tidak nyaman di dalam hatinya hingga ingin menangis. Hana kasihan pada Samuel karena pria itu sangat mencintai wanitanya meski Hana sangat membencinya. Ini benar-benar penasaran yang tidak enak. Melihat wajah Samuel saja sudah membuatnya muak, kini ia malah merasa kasihan.
Sial! Pria itu sangat pengecut tapi Hana mengasihaninya."Samuel, di dalam perutnya ada anakmu," ucap Juna masih tampak tenang.
"Kalau begitu gugurkan saja bayi itu! Masalah selesai!"
Plak!
Hana memalingkan wajahnya saat di depan matanya, Lusi menampar keras wajah Samuel. Kali ini Hana setuju dengan itu karena mulut Samuel benar-benar butuh pelajaran berharga agar tak berbicara seenaknya. Pria itu menganggap sebuah nyawa di rahimnya sama sekali tidak berharga.
"Ibu tidak menyangka kamu bisa berbicara setega itu, Sam! Itu adalah darah dagingmu! Ibu pernah ada di posisi Hana yang sedang mengandung!" Lusi sudah menangis di tempat. Ia benar-benar tidak habis pikir pada putranya itu.
Juna yang sudah meradang melihat hal itu akhirnya kembali buka suara. "Ayah akan bicara pada keluarga Clarine."
"Ayah, Sam mohon. Jangan pisahkan Sam dengan Clarine! Kami saling mencintai, Ayah."
Juna menghela napasnya. "Ayah tidak pernah mengajarimu menjadi pecundang. Pertanggungjawabkan apa yang sudah kamu kacaukan."
"Ayah, aku bisa bertanggung jawab tanpa harus menikahinya!" Samuel keras kepala.
Hana tersenyum sinis lalu melewati mereka dan mengambil sebuah amplop coklat di atas nakas. Beruntung ia belum sempat membuangnya. Ia berjalan menghampiri Samuel dan melemparkan amplop itu pada Samuel. "Ambil itu. Aku tidak butuh pria pengecut sepertimu untuk anakku. Jangan pernah muncul di hadapanku lagi." Hana kembali berjalan melewati mereka dan berdiri memunggungi mereka. Sungguh, ini membuat mood-nya hancur. Hana sudah muak pada keluarga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
عاطفية"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...