Chapter 18-Sandiwara

2.8K 298 12
                                    

Kalau ada typo kasih tahu ya. Happy reading 😍

Pagi harinya, Samuel terbangun terlebih dahulu dan merasa ada yang menindih lengannya hingga Samuel sulit menggeliat.
Perlahan pria itu membuka matanya dan mendapati beberapa helai rambut mengenai wajahnya. Samuel menundukkan pandangannya dan ia terkejut ketika melihat Hana ada di dalam dekapannya. Wanita itu tampak membenamkan wajahnya di dada Samuel dengan satu tangan yang membalas dekapan Samuel.

"Bukankah dia sedang marah padaku?" tanya Samuel bingung karena seingatnya semalam mereka masih berkonflik soal liburan ke Maroko. Diusapnya dengan lembut wajah tenang itu setelah Samuel sedikit merenggangkan pelukannya agar dapat melihat wajah Hana lebih jelas. Kulit Hana terasa sangat halus ketika bersentuhan dengan punggung jemarinya.

Bel rumah yang tiba-tiba berbunyi membuat Samuel terkejut dan kelabakan. Ia segera menarik tangannya dari bawah bahu Hana dan melompat turun dari sofa.
Hana yang merasa terusik ikut membuka matanya lalu samar-samar melihat Samuel yang berjalan cepat menuju pintu utama. Diambilnya selimut yang sudah jatuh ke lantai untuk menutupi kepala Hana dan seluruh tubuhnya karena ia penasaran siapa yang datang pagi-pagi seperti ini tapi dirinya masih berantakan dan mengantuk.
Hana mengikuti Samuel yang baru saja membukakan pintu untuk tamu mereka.

"Kamu baru bangun?"

Hana menyipitkan matanya saat ia menangkap sosok cantik di hadapan Samuel. Ia yang masih setengah mengantuk tidak yakin itu Clarine atau bukan.

Clarine yang menyadari keberadaan Hana segera tersenyum ramah pada istri kekasihnya itu.

"Hai," sapa Hana dengan suara yang masih serak khas bangun tidur, tak lupa menyematkan senyum ramah untuk membalas senyuman Clarine tadi.

"Hai," balas Clarine sedikit canggung.

Hana berbalik menuju kamarnya karena tak tahu apa yang akan Samuel dan Clarine lakukan hingga janjian di akhir pekan ini. Ia hanya melakukan rutinitas paginya seperti mandi dan memberesi tempat tidur tanpa ingin mencampuri urusan Samuel. Kesepakatan pertama mereka. Ia tak ingin mengganggu keduanya karena jelas sekali Samuel berkali-kali menolak untuk tidak menghubungi Clarine dulu meski akhirnya setuju.

Entah sekarang ini kesepakatan pertama atau kedua yang seharusnya mereka jalani. Kemarin mereka sepakat untuk tidak menghubungi orang yang mereka cintai dulu dan membangun perasaan keduanya. Namun, pagi ini Hana tahu kesepakatan itu hanya dijalani oleh dirinya. Mungkin salah Hana juga karena kemarin ia bersikeras ingin ke Maroko meski Samuel bilang tidak. Apa Samuel sedang balas dendam karena merasa tidak dianggap suami yang berhak mengurusi urusan Hana? Hana berpikir mungkin ia akan segera meminta maaf pada Samuel.

Hana menghela napasnya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Rambutnya masih basah dan handuk putih masih melilit rambutnya itu. Sebenarnya pagi ini Hana ingin mengajak Samuel berdamai, tapi melihat Samuel bersama kekasihnya mungkin kesepakatan pertama akan ia jalani kali ini. Tidak saling mencampuri.

Wanita itu selesai mengeringkan rambutnya dan keluar dari kamar untuk membuat sarapan. Sedari tadi Hana juga tidak melihat Samuel masuk ke kamar sekalipun.

Hana masuk ke dalam dapur dengan aroma masakan yang menggugah selera. Ternyata Clarine sedang memasak di sana.

"Hai, Han. Maaf mengganggu tidurmu pagi-pagi." Clarine yang melihat Hana langsung menyapanya.

Hana tersenyum dan membantu Clarine memindahkan masakannya ke meja makan.

Samuel datang dengan pakaian santainya tapi rapi. Sepertinya mereka akan pergi hari ini. Pantas saja Hana tidak melihat Samuel masuk ke kamar sama sekali karena ternyata pria itu memilih mandi di kamar lain. Mungkin ingin menjaga perasaan kekasihnya.
Samuel menarik kursi untuk duduk dan disusul Clarine di sebelahnya.

Hana menuangkan air putih ke dalam gelas mereka bertiga. Seharusnya ini terasa canggung, tapi anehnya Hana merasa biasa saja. Tidak keberatan dan cemburu. Sama sekali. "Kebetulan sekali aku kemarin menginginkan jamur," kata Hana yang berusaha membuat Clarine lebih nyaman karena terlihat sekali Clarine agak ragu-ragu jika ingin bergerak.

"Di kulkas ada jamur, jadi aku memasaknya," jawab Clarine senang karena Hana sama sekali tidak memperlihatkan rasa bencinya karena bagaimanapun Samuel adalah suaminya. Tapi Samuel selalu meyakinkan Clarine jika yang berhak atas dirinya adalah Clarine, hanya Clarine. Bahkan Samuel tidak keberatan jika Clarine yang membenci Hana karena di sini Hana yang sudah membuat semua rencana indah mereka berantakan.

Hana mengambil piring dan ingin mengambilkan Samuel makanan seperti biasanya saat mereka sarapan, tapi Clarine terlebih dulu bertanya Samuel ingin makan yang mana.
Hana berusaha tidak memunculkan rasa keberatan di hatinya. Ia mengambil makanan untuk dirinya sendiri.
Sarapan pun dimulai. Samuel sesekali melirik Hana demi menemukan ekspresi Hana yang ia tunggu tapi tak segera ia dapatkan. Hana terlihat santai seolah sama sekali tidak keberatan jika ada Clarine di antara mereka. Padahal Samuel sudah berharap Hana akan cemburu.

"Hari ini kami akan ke pantai. Apa kamu mau ikut?" tawar Clarine pada Hana.

Sekarang Hana merasa Clarine mulai gila. Bagaimana bisa dia sesantai itu mengajak istri dari kekasihnya untuk ikut berkencan bersama? "Terima kasih, aku ada acara," jawab Hana dengan senyum ringan.

Samuel menoleh dan menatap Hana. "Acara apa?" Samuel kira Hana hanya punya teman dekat rekan satu timnya itu. Sedangkan mereka sedang berlibur ke Maroko. Hana juga tidak bilang jika hari ini akan pergi.

"Temanku membuka cabang salonnya di dekat sini. Aku akan menghadiri acara pembukaannya." Hana berbohong dan Samuel tahu hal itu.

Samuel tak paham kenapa Hana harus berbohong padahal masalah selesai jika Hana mengatakan hanya ingin di rumah. "Kenapa kamu tidak bilang jika hari ini akan pergi?"

Hana meletakkan sendoknya, selera makannya tiba-tiba hancur entah bagaimana bentuknya. Samuel bertanya seolah apa pun yang Hana lakukan, Samuel harus tahu. Bahkan hari ini saja Hana tak tahu Clarine akan datang. Jika ia tahu, mungkin tadi malam Hana tidak akan kurang ajar tidur di sofa menyusul Samuel. Hana tak tahu jika Samuel tidak benar-benar menjauhi Clarine dan setuju dengan kesepakatan kedua. Hampir saja Hana mebalas pertanyaan Samuel dengan membalik pertanyaan untuknya tentang kedatangan Clarine dan rencana menghabiskan akhir pekan mereka bersama. Namun, hal itu urung karena tiba-tiba saja Hana muak. Ia malas. Entahlah, ia hanya sedikit kesal dengan sesuatu yang tidak adil seperti ini. Seharusnya ia percaya pada kata-kata Gabriel yang menyatakan bahwa mungkin Samuel tidak melakukan kesepakatan kedua seperti yang Hana lakukan.

"Hanya sebentar," jawab Hana akhirnya. Menekan rasa kesalnya sampai dasar hingga raut kesalnya tak terbaca oleh pasangan di hadapannya.

"Yakin tidak ingin ikut kami saja? Anggap saja gantimu ke Maroko."

Hana mulai percaya jika Samuel dan Clarine memang berjodoh. Mereka sama gilanya. "Tidak."

"Ya sudah, hati-hati," pesan Samuel.

Hana hanya mengangguk singkat. Ia beranjak dari meja makan dengan membawa piringnya yang belum kosong.

"Hana, habiskan sarapanmu."

Hana yang baru akan melangkah menatap Samuel sekilas lalu beralih pada Clarine. "Clarine, maaf. Selera makanku agak berantakan sejak hamil. Sepertinya aku tidak bisa menghabiskannya. Aku harap kamu mengerti."

"Kubilang-"

"Tidak apa-apa, Hana. Aku sangat bisa memakluminya. Semoga kamu dan bayimu bisa makan dengan baik dan kalian selalu sehat," potong Clarine yang tak ingin atmosfer menegangkan antara Samuel dan Hana berlanjut. Clarine sepertinya bisa membaca situasi jika Samuel tidak bisa bersikap baik pada Hana selama ini. Clarine cukup kasihan pada Hana.

Hana tersenyum pada Clarine. "Terima kasih atas doanya." Tanpa melirik Samuel sedikit pun, Hana meninggalkan meja makan menuju dapur untuk mencuci piringnya.

Samar-samar Hana mendengar Clarine menegur Samuel agar tidak terlalu bersikap kasar pada Hana. Anehnya, hal itu semakin membuat Hana muak.

Jadi sikap baik Samuel beberapa waktu terakhir ini apa? Hana sampai tak bisa membedakan Samuel sedang bersandiwara di hadapannya atau di hadapan Clarine.

Sikap pria itu malah membingungkan.

Jangan lupa tinggalkan pendapat kalian di sini ya 👉

Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang