Ciyeee yang kangen 😝
eh, emang kangen ya?
Enak nunggu doi peka atau nunggu Kiran update?
Jangan lupa follow wattpadku juga biar kalian tahu kalau aku update cerita baru. Ukay?
Happy reading 😍😂
Hana menarik tangannya dari Samuel. Dilepaskannya cincin pernikahan yang melingkar indah di jari tengahnya.
"Hana."
Hana membuka tangan Samuel lalu meletakkan cincin itu ke tangan Samuel. "Mari bercerai. Kita tidak boleh saling menyakiti, Sam. Aku mengembalikannya padamu saat ini." Ada sesuatu yang terasa terangkat dari pundak Hana setelah ia mengatakannya. Kepalanya terasa lebih ringan dan ada sepercik kebahagiaan tak kasat mata yang memenuhi dada Hana. Ia seperti baru saja melepaskan beban paling berat dalam hidupnya.
Samuel menggeleng. "Kamu hanya sedang terbawa emosi."
"Kita sebelumnya mungkin tidak pernah sadar jika cinta bukanlah sesuatu yang yang bisa dipaksakan. Itu adalah perasaan murni yang tumbuh di dua hati. Mencinta sepihak bukan keputusan yang bijak. Selamat tinggal, Sam. Aku berharap setelah ini kamu tidak lagi memandangku sebagai sebuah kesalahan."
Samuel memalingkan wajahnya dengan napas yang ia buang berkali-kali. Mereka memang menginginkan perpisahan sejak awal, tapi Samuel merasa ada yang masih mengganjal di hatinya jika mereka bercerai secepat ini.
"Samuel," panggil Hana saat Samuel hanya diam.
Sekali lagi Samuel mengembuskan napasnya. "Kamu yakin?"
Hana mengangguk cepat. "Kita sama-sama tidak bahagia dengan pernikahan ini. Tidak ada yang perlu dipertahankan. Kamu bisa menikahi Clarine setelah ini dan aku akan menghilang dari hidupmu. Kamu juga tidak perlu memenuhi kebutuhan bayi ini—"
"Pengadilan akan—"
"Aku yang akan memintanya. Kita harus hidup sebagai orang asing. Kita harus menganggap pertemuan kita tidak pernah terjadi." Hana tersenyum tulus, mencoba memecahkan keraguan yang terlihat jelas di mata Samuel. Hana tak tahu kenapa Samuel seolah masih keberatan tentang hal ini, padahal Samuel adalah pihak yang paling tidak menginginkan pernikahan mereka.
"Apa ...." Samuel menjeda. Ragu akan menanyakannya atau tidak. "Apa waktu singkat ini, tidak pernah memberikanmu kebahagiaan sedikit pun? Barang sedetik?"
Hana mengembangkan senyumnya. "Kamu tidak seburuk itu," kata Hana berusaha membuat perasaan Samuel lebih baik. "Saat kamu rela memetik bunga kesayangan Ibu, aku merasa bahagia. Saat kamu membelikanku susu, aku sangat bahagia. Saat kamu memijit tengkukku ketika mual, aku sangat bahagia. Kamu orang yang baik, Sam. Hanya saja ada yang lebih berhak atas kebaikanmu. Clarine akan sangat beruntung jika memiliki suami sepertimu."
Pandangan Samuel pada Hana meredup. Ucapan Hana malah seperti cambuk tak kasat mata untuknya. "Biarkan aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya."
Hana mengangguk dan merentangkan tangannya pada suaminya itu. Tubuhnya didekap erat oleh Samuel yang masih tampak kacau.
Hana benar-benar tak mengerti kenapa Samuel bersikap seperti ini. Kemarin pria itu bersikap cukup baik padanya. Namun, saat sarapan bersama Clarine, dia berubah dingin dan ketus bahkan terlihat kasar hingga hati Hana merasa tercubit beberapa kali.
Kini Samuel malah terlihat enggan melepaskannya begitu saja. Hana bingung dengan sikap Samuel. Yang mana Samuel sebenarnya, Hana juga tidak tahu."Maafkan aku yang terus menyakitimu," bisik Samuel di balik punggung Hana.
Hana mengusap punggung Samuel. "Lepaskan semuanya, Sam. Kita sepakat untuk berpisah baik-baik, maka lupakan semua tentang kita yang menyakitkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...