"Hana!" Dini berteriak kencang ketika baru saja membuka pintu apartemen Hana yang sandinya sudah sangat ia hafal.Wanita itu membeku ketika di dalam rumah Hana sudah banyak orang. Ada Hana, Rosa, Johnny, Alan, Revan, Gabriel, dan Ricky. Dini mengusap belakang kepalanya karena malu.
"Ups, maaf." Dini buru-buru menghampiri Rosa dan memeluknya. "Ibu ... aku merindukanmu."
"Itu ibuku!" Hana menarik lengan Dini agar menjauh dari ibunya.
"Dasar pelit!" Dini menarik kembali tangannya dari cekalan Hana.
Rosa melerai kedua wanita itu agar berhenti berebut. "Kalian ini, sudah besar masih saja mempermasalahkan hal-hal tidak perlu."
"Ibu, aku membawakanmu kue coklat kesukaanku." Dini membuka kotak kue coklat langganannya dan meletakkannya di atas meja, tepat di depan Rosa.
"Hei, kamu memberikan ibuku kue coklat kesukaanmu? Dini, bisakah kamu memberikan sesuatu yang disukai ibuku? Ibuku lebih suka keju!" kata Hana dan langsung menarik kotak kue milik Dini tadi.
"Sayang," tegur Rosa seraya mencubit gemas pipi Hana.
Dini tersenyum lebar. "Hanaku sayang, itu memang buat kamu. Kamu kan suka coklat. Ini buat Ibu." Dini menaikkan satu kotak lagi rasa keju dan memberikannya pada Rosa. "Apa masuk akal aku lupa kesukaan Ibu?"
Hana menjulurkan lidahnya pada Dini.
Rosa menggelengkan kepalanya. "Kalian ini. Terima kasih, Dini. Kamu memang selalu perhatian sama ibu."
"Iya dong, Bu. Ibu kan juga perhatian sama Dini."
"Jijik!" cibir Hana yang sudah hampir menghabiskan sepotong kue coklat.
"Iri? Bilang, Bos!"
"Ibu adalah satu-satunya hal yang bisa membuat Hana dan Dini berkonflik," komentar Ricky jengah.
"Mereka biasanya tidak bertengkar?" tanya Johnny sedikit terkejut mendengar pernyataan Ricky. Melihat betapa ketatnya persaingan Hana dan Dini mengambil hati Rosa, ia sedikit tidak percaya jika mereka biasanya juga tidak seperti itu.
"Mereka selalu kompak melawan Gabriel, Om." Ricky melirik Gabriel di sebelahnya dan dibalas dengan tatapan malas pemuda itu.
"Ibu selalu mendapat aduan dari Hana, kamu dan Gabriel sering mengacaukan apartemen Hana dan hanya Dini yang membantu merapikannya lagi," tutur Rosa dan menatap Ricky juga Gabriel bergantian. Tak lupa memberikan cubitan kecil di lengan Ricky.
Ricky mengusap lengannya yang sebenarnya sama sekali tidak sakit, hanya sebagai pengalihan rasa malunya.
Gabriel mengusap tengkuknya. "Sejak Hana hamil, dia juga tidak pernah membereskan apartemennya. Aku, Ricky, dan Dini beralih profesi menjadi pembantu Hana."
Hana tertawa menatap Gabriel. "Kalau kamu tidak mengacaukan apartemenku, apa kamu harus memberesinya?"
"Tukang adu," gerutu Gabriel.
"Hei, Bocil!" sapa Dini pada Revan yang sedari tadi diam.
Revan menatapnya tajam.
"Nggak usah sok cool gitu." Dini mencolek-colek lengan Revan setelah menggeser sedikit duduknya.
Revan bergerak menjauh dan lebih merapat pada Ricky di sebelahnya.
"Alan, adikmu sok ganteng banget sih. Sok jual mahal pula."
Alan hanya tersenyum simpul. Adiknya memang tidak suka berbasa-basi.
"Kak Dini bilang aja kalau naksir aku. Kalau ketemu suka banget nyari gara-gara," gerutu Revan yang semakin menjauhkan duduknya dari jangkauan Dini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...