Happy reading 😍
"Pertanyaan ini aku tidak setuju dimasukkan," kata Hana saat Gabriel dan Alan mendiskusikan apa saja yang boleh dan tidak boleh ditanyakan ketika wawancara nanti.
Gabriel mendengkus jengkel. "Apa urusanmu?"
"Kamu benar-benar jurnalis yang tidak masuk akal, Gab! Apa hubungannya kisah percintaan Alan dengan prestasinya?" sungut Hana tak terima dengan pertanyaan Gabriel apakah ada seseorang yang sangat memotivasi Alan hingga menjadi arsitektur laboratorium bawah air termuda dan menyelesaikan proyek pertamanya dengan sempurna. Apalagi saat Gabriel menambahkan pertanyaan apakah Alan sudah memiliki kekasih atau belum.
"Tersindir?" tanya Gabriel jahil lalu diikuti tawa menyebalkan.
Alan tersenyum tenang sembari menyesap teh buatan Hana.
"Hanya sedikit tidak nyaman. Intinya jangan memasukkan itu ke dalam pertanyaan saat wawancara nanti!" Hana bangkit berdiri dan memberesi meja makan yang tadi mereka tinggalkan begitu saja setelah selesai makan.
Gabriel dan Alan yang masih duduk di sofa hanya menggeleng melihat kelakuan Hana.
"Kalian sudah tidak terlalu canggung lagi." Gabriel menyingkirkan tangannya dari keyboard laptop dan bersandar santai di kaki sofa. Ia menatap Alan yang duduk di sebelahnya sedangkan Hana tadi duduk di atas sofa.
"Kami bukan anak kecil lagi." Alan menyentuh bibir gelas dengan jemarinya, memutari permukaan bening itu dengan tenang.
Gabriel mengangguk setuju. "Akan sangat baik jika kalian bisa berteman lagi setelah ini."
"Kupikir awalnya tidak akan mudah, tapi hari ini saat aku berani menghadapi Hana, semuanya berjalan begitu saja. Sekarang aku yakin bisa dengan mudah kembali berteman dengan Hana." Alan menoleh ke arah dapur. Hana sudah selesai memberesi meja makan dan terdengar suara air mengalir dari arah dapur.
Gabriel baru saja akan membuka mulutnya ketika Alan tiba-tiba bangkit berdiri. Pria itu berjalan ke dapur menyusul Hana.
Gabriel menatap layar laptopnya dengan pandangan rumit dan tidak berkomentar lagi.
"Biar kubantu," tawar Alan seraya mendekati Hana.
"Sudah hampir selesai. Tinggalkan saja, nanti bajumu basah," tolak Hana begitu halus.
Alan sudah menggulung lengan kemejanya saat dari sofa tadi. Sekarang ia bisa langsung bergabung dengan Hana membilas alat makan yang sudah dicuci oleh Hana.
"Berapa bulan?" tanya Alan berbasa-basi untuk mengurai sunyi di antara keduanya.
Hana tahu apa yang sedang Alan tanyakan, tapi ia masih enggan menjawab seperti beberapa saat lalu. Alan sudah beberapa kali menanyakan soal kehamilannya di sela obrolan dan Hana masih tidak nyaman.
Keterdiaman Hana mengusik Alan, ia pikir pertanyaan itu cukup menyinggung bagi Hana. Jadi, Alan tidak berbicara lagi.
Ponsel Hana di atas meja berdering. Hana mendengar deringan itu, tetapi tidak berniat menjawab panggilan.
Hingga Gabriel datang ke dapur dan meletakkan ponsel Hana di meja pantry."Mantan suamimu."
Hana menoleh sekilas pada Gabriel dan beralih menatap ponselnya. "Biarkan saja. Dia hanya akan mengemis padaku untuk membujuk Johnny Wu."
Gabriel tidak membalas dan berlalu dari dapur.
Alan menatap Hana dari samping. Wanita itu masih menjaga jarak dengan ayahnya, itu sangat jelas dari bagaimana Hana memanggil ayahnya.
"Apakah hatimu masih berat?" tanya Alan hati-hati.
"Samuel?" Hana mendongak untuk menatap Alan di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)
Romance"Ini terlalu lama, Sam. Pada akhirnya kamu tetap harus memilih antara aku atau Clarine. Jangan egois dengan berpikir kamu bisa memiliki keduanya." "Aku tahu. Aku sangat paham perasaanmu, Hana. Clarine sangat penting bagiku, tapi... aku mungkin harus...