Chapter 03-Worried

3.2K 267 4
                                    

Happy reading 😍

Hana menceritakan kejadian bagaimana ia bisa ada di dalam satu kamar hotel bersama seorang pria. Dari saat ia ada di bar dan bertemu Joe sang bartender sampai saat ia menari di lantai dansa. Samar-samar ia mengingat malam kelam itu bahkan saat mereka sampai di hotel dengan taksi.

Dini mengusap punggung Hana yang sedang memeluknya sembari menangis. Ia tahu betapa Hana yang sangat asing dengan dunia malam kini sekalinya ke bar malah seperti ini.

"Kenapa kamu pergi sendiri! Aku kan sudah bilang, ajak Ricky atau Dini!" Kini Gabriel yang mengomel pada Hana karena kecerobohan wanita itu.

Ia sudah menganggap Hana seperti adiknya sendiri. Ricky dan Dini pun begitu menyayangi Hana. Ia benar-benar tak habis pikir pada Hana yang terlalu berani datang ke tempat asing sendirian meski paham itu bukan tempat orang-orang yang baik.

"Siapa pria itu, Han?" tanya Ricky menengahi karena tahu Hana sedang tak butuh ceramah memuakkan dari Gabriel yang bisa membuatnya semakin bersedih.

Hana melepas pelukannya pada Dini lalu mengacak isi tasnya. "Aku menyimpan kartu namanya." Hana

masih mencarinya, berharap ia tak meninggalkan kartu nama itu di hotel atau pun di rumahnya. "Ini." Ia memberikan kartu nama pria asing yang tadi pagi terbangun di ranjang yang sama dengannya pada Ricky.

"Apa? Samuel Atmaja?" kaget Ricky dan Dini bersamaan setelah mereka melihat kartu nama yang

Hana berikan.

"Kalian mengenalnya?" tanya Gabriel mengamati kartu nama itu dengan saksama, berharap ia juga tahu siapa pria itu seperti kedua temannya.

"Dia ini seorang pengusaha muda, dan sebulan lagi dia akan menikah dengan seorang model," jawab Dini.

"Clarine Steve. Iya kan, Rick?"

"Hm." Ricky mengangguk. "Kalau tidak salah, dia ini pewaris tunggal JA Company. Aku pernah ikut mewawancarainya saat ia bertunangan dengan model itu," ucap Ricky dan dijawab anggukan balik oleh Dini. "Juna Atmaja nama pemilik JA Company, dia adalah ayah dari Samuel Rudi Atmaja."

"Bagaimana ini?" tanya Gabriel gusar.

"Bagaimana apanya?" balas Dini tak mengerti.

"Kalau pria itu menikah, bagaimana pertanggung jawabannya pada Hana?"

"Siapa yang mau minta pertanggung jawaban darinya?" sungut Hana sembari memukul lengan Gabriel kesal. "Aku dan dia akan melupakan kejadian ini."

"Hei! Bagaimana kalau kamu hammmpptt!"
Ricky membungkam mulut Gabriel cepat-cepat sebelum Gabriel menuntaskan kalimatnya karena mungkin itu akan membuat Hana semakin khawatir.

"Tidak, aku tidak akan hamil," ucap Hana pelan karena tahu arah pembicaraan Gabriel meski tak selesai. Bohong jika ia berkata tidak takut. Hana sangat takut.

"Ya sudah, lupakan pria itu, Han," ucap Ricky menenangkan dan menepuk kepala Hana. "Semua akan baik-baik saja. Kamu punya kami."

Hana mengangguk pelan.

"Pulanglah. Kamu butuh istirahat, Han," saran Dini.

"Kuantar," sahut Gabriel tanpa ingin menerima penolakan.

Hana tak punya pilihan lain selain mengikuti ucapan teman-temannya itu. Rasanya tak mungkin juga ia bisa bekerja dengan kepala yang penuh memikirkan hal lain. Mungkin untuk hari ini saja ia harus beristirahat dari pekerjaannya.

Hana terdiam di dalam kamarnya. Pikiran buruk terus saja menghantuinya. Ia berharap tak ada kelanjutan akibat dari kejadian kemarin. Kartu nama itu ia bolak-balik pelan dengan satu tangannya dan tatapannya kosong.
"Kenapa aku sebodoh ini?" gumamnya jengkel. Benar, ke bar bisa membuatnya melupakan pekerjaan sejenak, tapi nyatanya ke bar juga bisa membuat seseorang lupa diri.

Tell Me Who You Love (Pindah ke Kubaca dan Icannovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang