1. Tangis di bawah Rembulan

21K 192 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dingin yang tertahan, tangis yang mengalir, di mata air di bawah cahaya bulan purnama. Janda kembang itu menangis. Kecantikannya dari sejak ia belia memang sudah amat tersohor seantero 4 Desa yang berdekatan satu sama lain. Namun, bagi dirinya, kecantikannya itu kini merupakan satu kutukan yang keji yang tidak bisa lepas dari tubuhnya.

Dalam dingin, Ratni mandi di pancoran indah itu. Terang bulan membantu wanita itu membersihkan dirinya. Rambut lurus hitam sepinggulnya sudah basah. Lalu kulit putih nan mulus itu disekanya dengan amat kasar, seolah-olah ada noda yang sangat menjijikkan menempel di tubuhnya. Ia menyabuni tengkuk, leher dan payudaranya yang dari tadi dijilati oleh pria cabul yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Kemudian ia membersihkan paha dan selangkangannya secara kasar, mengusap bagian privasinya hingga berbusa. Air pancoran yang cukup deras itu cukup menyamarkan suara isak tangisnya yang cukup keras.

Sambil menangis dan sulit menerima kenyataan kini Ratni sudah dimiliki oleh seorang yang paling ia benci, yaitu kepala Desa Tegalbiru yang bernama Kuncoro. Usia mereka terpaut 17 tahun. Pria yang bekelahiran 1924 itu adalah iblis berbentuk manusia. Ia merupakan mimpi buruk Ratni yang berubah menjadi kenyataan. Tak berdaya Ratni melawan pahitnya hidup jika diingini olehnya.

Kuncoro berjasa dalam memberantas pengkhiatan negri dari G30-S. Pintar menjilat di pemerintahan. Ia pun punya pendukung-pendukung buta yang bisa disogok oleh uang. Keluarga Ratni adalah korban kekejaman pria Cabul itu.

Merasa kotor dan hina. Teringat dengan mantan suaminya yang Ratni sangat cintai, yang memberikan seorang buah hati saat ia berusia 15 tahun. Manta suami Ratni menghilang begitu saja dimalam gelap, dijemput paksa, yang kembali hanya kabar yang tak jelas, antara hilang atau sudah mati. Hingga nasibnya berubah, ia kehilangan tempat tinggal dan harus menikah dengan Kuncoro untuk mendapatkan hak hidup bagi keluarganya yang tersisa dan tidak dihakimi oleh Warga yang diprovokasi oleh kepala desa Tegalbiru, yang kini sah menjadi Suaminya meskipun hanya hawa nafsu sepihak.

Usai membersihkan tubuh yang ia anggap hina itu, Ratni kembali ke ranjangnya. Rumah kayu itu sudah dibuat khusus oleh Kuncoro untuk mereka berdua berbulan madu di bukit yang dipenuhi oleh pohon. Pancoran indah itu adalah mata air yang langsung mengalir dari gunung, sebagian dialihkan ke rumah itu dengan selokan kecil lalu mengucur dari batang bamboo, dan dibuatkan kamar mandi terbuka yang ditumbuhi daun paku, serta kembang sepatu berbagai warna yang mempercantik sisi kiri dan kanan. Disana ada bak mandi yang terbuat dari batu untuk menampung air. Pancoran itu langsung terhubung ke kamar yang dibuat dari kayu Jati, dimana hanya ada kasur dan lemari, dari kamar itu langsung bisa melihat pancoran, dan hanya dibatasi oleh tirai bamboo.

Ratni mengeringkan seluruh tubuhnya dengan handuk. Berkaca pada cermin yang hanya diterangi oleh damar. Ia lihat wajahnya dengan rambut basah yang acak-acakan, ia perkuat dirinya agar bisa menghadapi hari-hari dengan orang yang tidak ia cintai sama sekali. Kemudian air ia minum dari kendi, dan pergi menuju kasur empuk bulu angsa tempat peraduannya. Tempat dimana Kuncoro menikmati tubuh sintal indahnya.

Ia tidur hanya menggunakan kemben, di sebelah suaminya sambil membelakangi pria itu.

Pelukan menjijikkan melingkari tubuhnya. Mulut terkatup rapat dan bergetar. Pria cabul itu menggerayangi tubuh putih mulus istrinya, menggenggam kuat gunung kembar Ratni yang besarnya melebihi rata-rata. Kumis lebat itu kini menjalar di balik telinga hingga lehernya. Aroma tubuhnya disesap kuat-kuat oleh pria cabul itu.

"Hmm..." Desah Kuncoro. "Lama sekali tidak kurasakan kepuasan ini. Tubuhmu sangan nikmat. Baru saja kita selesai bertempur, aroma wangi tubuhmu membuatku ingin menidurimu lagi."

Dengan bibir bergetar dan keadaan pasrah Ratni hanya bisa membiarkan tubuhnya digerayangi. "Lebih baik besok Mas, kita masih banyak punya waktu. Aku janji akan melayanimu lebih dari tadi."

"Banyak waktu untuk mencoba, apa tadi itu terlalu cepat?"

"Tidak Mas, aku sangat tidak menyangka kau sangat perkasa." Apa yang dikatannya sangatlah tidak benar. Saat bersetubuh dengan pria itu, kejantannya cukup lemah dan kendur, Ratni hanya berpura-pura puas agar perlakuan itu selesai, dan ia bisa lebih cepat lolos dari siksaan itu. "Mungkin kita terlalu lelah setelah hari pernikahan kita."

"Mungkin juga..." Kata Kuncoro yang sangat gemas pada gunung kembar istrinya. Ia lanjut menjilati leher istrinya. "Esok aku akan buat kau menjerit meminta ampun. Tapi aku tidak akan mengampunimu, kupakai tubuh ini agar aku puas dan rahim ini." Kata Kuncoro seraya tangannya menuju selangkangan Ratni. "Akan melahirkan anak kita..."

"Iya Mas..." Jawab Ratni Sedih. Sungguh ia tidak sudi menghasilkan keturunan dari pria cabul ini. "Sebaiknya kita tidur. Aku janji, kita lanjut esok hari."

"Hmm... Baiklah..."

Karena Suami Ratni terus menerus menggerayanginya Ratni hanya mendesah-desah gemas, tanpa harus masuk ke liang kenikmatan-pun Kuncoro bisa mencapai puncak. Ratni Cukup bersyukur karena pria 43 tahun ini lemah, nafsu menggebu di awal namun selesai begitu cepat. Ia berharap semoga selama pernikahannya dengan Kuncoro berlangsung seperti ini.

***

Pagi-pagi buta Ratni sudah bangun, ranjang indah nan empuk itu menjadi sebuah mimpi buruk untuknya. Hari pertama pernikahannya ia lalui cukup berat. Syukurlah burung-burung hutan yang berkicau dan desir angin dari kejauhan menolong jiwanya untuk pulih. Ratni duduk di teras, sambil menikmati nuansa alam sambil mengingat mendiang Suaminya yang sudah setahun lamanya hilang tak berbekas. begitu pula ayahnya.

Gestapu terjadi di seluruh negri. Nusantara mencekam. Suatu malam Suwito dan ayah Ratni dijemput oleh beberapa orang dan itulah kali terakhir sang rembulan Ratni melihat sang ayah dan suami. Tiga hari kemudian terdengar rumor tak mengenakkan, suaminya dituduh salah seorang pengkhianat-pengkhianat negri.

Ratni yang menangis berhari-hari tidak bisa melakukan apapun. Harta dirampas kebun diambil, rumah dibakar, karena ia dianggap pengkhianat dan hartanya berhak untuk dijarah, ia sampai tidak punya tempat tinggal. Di desa ia terlunta-lunta dengan anaknya yang baru berumur 9 tahun, bekerja serabutan sampai ditawari menjadi wanita penghibur di kota. Namun, ia bersikukuh demi norma dan martabat meskipun miskin ia tidak mau melakukan hal itu.

Pak Kuncoro yang senang bukan kepalang, nafsunya bisa ia salurkan pada Bunga Desa lembayung yang kini telah menjada. Ia menawarkan kehidupan untuk Ratni. Keluarganya akan memiliki kebunnya kembali, jika ia mau menjadi istri kedua Kuncoro. Ratni jelas menolak mentah-mentah. Namun, Satu tahun menunggu, Ratni yang awalnya melolak akhirnya menerima tawaran itu. Ia tidak tahan melihat ibunya mengeluh, Kakak laki-lakinya jatuh sakit karena bekerja terlalu keras untuk keluarganya, dan juga Wulandari yang kekurangan gizi.

Ratni yang tidak punya pilihan akhirnya mengiyakan ajakan itu. Ia meminta waktu untuk merawat ibu dan anaknya terlebih dahulu. Akhirnya Kuncoro membiyayai semuanya, termasuk mengembalikan rumah Ratni yang kemarin dirampasnya. Tidak semua tapi cukup untuk tinggal dan sedikit berkebun. Tepat setelah 1 tahun kepergian mendiang suaminya. Pernikahan berlangsung meriah sambil disaksikan oleh istri pertama Kuncoro yang sedang terkulai lemah duduk di atas kursi roda. Meskipun sakit kangkernya semakin parah, ia terlihat bahagia melihat suaminya menikahi wanita yang 17 tahun lebih muda dari dirinya. Paling tidak, Kuncoro tidak bermain wanita lagi.

Kini, hanya nasib yang berjalan. Ratnianti hanya bisa menerawang ke halaman yang asri itu. Ia masih tidak bisa menerima apa yang sudah ia lakukan. Meskipun mantan suaminya tidak jelas ada dimana, ia masih tidak bisa melupakan cinta mereka. Ia percaya bahwa cintanya pada Suwito masih ada, meskipun kenyataan pahit harus ia jalani.

Menikah dengan orang yang sama sekali ia tidak cintai.

Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang