53. Madu dan Racun

722 10 0
                                    


Bagas hanya merima surat demi surat. Terkadang seorang dari pabrik diutus untuk menandatangani surat-surat penting. Bagas hidup tenang di kota. Jauh dari marabahaya yang dibuat oleh ayahnya sendiri.

"Wah tenang sekali hidupmu di sini ya Nak Bagas." Kata Pak Toto santai

"Yah lumayan pak. Setidaknya saya aman. Dari ancaman pembunuhan."

"Saya mendengar peristiwa tidak mengenakkan itu." Pak Toto terdiam sejenak. "Kau memang layak dilindungi nak. Tanpamu Desa Tegalbiru tidak akan pernah aman. Kemarin ada kejadian, preman-preman dari desa seberang dikumpulkan untuk mencarimu keliling Desa. Mereka cukup meresahkan. Tapi beberapa orang merencanakan penculikan, Saat preman itu lengah, satu dari mereka diculik lalu dibunuh. Warga desa sudah muak akan penindasan yang dilakukan Ayahmu. Mereka tidak peduli apapun. Ada preman yang menuntut balas, Mereka pun hilang tak berbekas. Sungguh menjadi hal yang sangat magis. Sampai-sampai dibayar berapapun mereka, tidak ada yang mau mencarimu. Karena orang pintar di desa berkata kalau roh Puspita mengutuk mereka yang mencarimu."

Bagas tertawa terbahak-bahak.

"Yah, memang itu yang terjadi, dan mitos itu sudah menyebar ke desa-desa tetangga." Lanjut pak Toto.

"Orang-orang pabrik sudah muak dengan perlakuan ayah, dan juga mereka punya dendam karena beberapa ada anak perempuannya yang ditiduri ayahku. Kemarin aku bertemu salah seorangnya di tempat hiburan para pria hidung belang. Bapak tau saya bukan penikmat itu, saya hanya mendengar informasi. Ia malu pulang pada keluarganya. Yah karena mereka bersaudara banyak jadi yah... begitulah. Kau tau semua dosa ayahku, namun kau juga tau betapa baiknya mendiang Ibuku. Saya juga hari itu sudah pasrah akan kematian. Tapi yang terjadi malah orang-orang di desa dengan sigap dan sangat brutal menghabisi nyawa mereka. Polisi tidak bisa dilibatkan karena itu akan membahayakan Ayah sendiri."

"Benar sekali. Tapi kau tau berita saat ini, entah harus senang atau sedih." Pak Toto menyeruput tehnya sejenak.

"Ada apa gerangan?" tanya Bagas penasaran.

"Kemarin pagi. Aku mendapat kabar dari puskesmas, kalau kuncoro terkena stroke ringan, tapi kaki kanannya lumpuh total." Kata pak Toto.

"Apakah ia masih bicara? Karena biasanya syaraf wajah yang terserang."

"Masih hanya terbata-bata. Tapi lafal dan suara masih jelas terdengar. Ia sudah lemah." Kata Pak Toto.

Bagas menarik nafas panjang lalu bersandar di kursinya. "Bagaimana dengan posisi Lurah, ia sangat tidak memungkinkan untuk bekerja."

"Maka dari itu..." Pak Toto mengeluarkan map kuning. "Ini adalah pernyataan dari Desa, ditandatangani oleh tetua, dan beberapa tokoh Desa. Isinya adalah, memintamu untuk menjadi Kepala Desa atau Lurah."

"Bukannya bapak yang seharusnya menjadi pemimpin? Kenapa saya? Saya masih muda tidak punya pengalaman dan anak baru kemarin."

"Muda bukan halangan Bagas, Terbukti kau sudah bisa memimpin kebun yang luasnya hampir sebesar tanah 4 Desa. Tidak mungkin rasanya kau tidak bisa hanya memimpin Desa Tegalbiru." Kata Pak Toto. "Lagipula pendidikanmu lebih tinggi, pengetahuanmu lebih luas, Kau punya rekomendasi dari militer. Caramu bekerja lebih baik dari saya. Mana mungkin saya yang bodoh ini secara kurang ajar mendahuluimu."

Tangan Bagas gemetar, ia tak menyangka apa yang ditawarkan oleh pak Toto. "Tapi pak, saya..."

"Sudahlah Nak... Jangan merendah seperti itu. Aku sangat paham akan tabiatmu, juga watakmu. Warga berharap yang lebih baik. Kemarin begitu tau pak Kuncoro sakit, Pak Tarmiji, Pak Sulaiman dan Pak Sarwo langsung datang ke kantor lurah untuk membicarakan legalisasi pembangunan Waduk. Kau ingin membangun waduk bukan?"

Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang