19. Mulai Mencintai

3.1K 81 0
                                    

Tidak jauh berbeda dari seorang perayu. Ratni dengan indah memainkan perannya dengan cinta yang dibalut dusta. Dengan kopi dan sumping Ratni menghampiri Kuncoro yang sedang duduk santai sambil menghirup rokoknya.

"Wah, bahagianya diriku, pagi-pagi begini dilayani oleh istriku yang sangat cantik."

"Ah, Bisa saja Mas memuji, sudah selayaknya seorang istri melayani suaminya." Kata Ratni. Kemudian dengan manjanya ia duduk disamping Kuncoro lalu bersandar di pundaknya. "Awalnya aku tidak bahagia Mas, aku hanya takut jika tidak bisa melayani Mas dengan baik."

"Jadi selama ini itu yang membuatmu cemas? Sehingga saat menjadi istriku pun kau masih takut padaku?"

"Benar Mas. Tapi setelah melihat cintamu padaku aku menjadi luluh, dan juga melihat ketabahan Kakak Puspita aku pun jadi yakin hidupku dan cintaku hanya untukmu."

Kuncoro mencium kening Ratni. "Aku benar-benar bahagia mendengar kata-kata itu. Bulan depan kau mau apa? Anting? Gelang emas atau kebaya baru? Atau batik sutra?"

Ratni menggeleng. "Aku ingin dirimu saja Mas. Karena aku mencintaimu."

"Ratni... Mendapatkanmu cukup sulit. Kini aku sangat berbahagia karena kau dipelukanku. Aku berjanji padamu, aku tidak akan kembali pada hidupku yang lama." Kata Kuncoro pelan.

"Entah apa yang Mas lakukan dulu aku tidak peduli. Akupun mengerti kalau Mas tidak bisa terhindar dari acara ronggeng-ronggeng itu. Silakan jika ingin bersenang-senang dengan perempuan lain, aku rela."

"Kau pasti mendengar dari certia-cerita warga di sini ya?" Kata Kuncoro sambil menyeruput kopinya. "Kalau dulu memang begitu, tapi sekarang sudah tidak lagi. Kan ada dirimu yang bisa memuaskanku di ranjang, untuk apa mencari yang lainnya? Apa kau cemburu?" Kuncoro menjawil dagu Ratni.

"Tidak Mas... aku hanya ingin dirimu bahagia, lelaki kan tidak cukup hanya dengan satu perempuan."

"Aku berjanji setia Ratni... Kalau tidak setia nanti aku tidak bisa diberi keturunan."

"Iya Mas. Bicara soal keturunan bukankah hasil dari dokter keluar besok?"

Kuncoro menepuk pahanya. "Benar juga! Besok aku ada acara di Pangkujagad, ah kenapa aku bisa lupa?"

"Lalu bagaimana kita bisa mengetahui hasil doketer jika tidak ke sana?"

"Hmm..." Kuncoro berfikir sejenak. "Besok pak Jum ikut denganku, sedangkan kau tidak bisa menyetir."

"Bagaimana jika besok aku ikut Bagas? Kemarin saat di kamar Kakak Puspita ia ingin mengambil obat di kota. Aku ikut saja bersamanya sekalian ke dokter."

"Apa kau yakin pergi bersama Bagas?"

"Memangnya ada apa Mas? Bukankah ia adalah anakku juga?"

"Hmm... Aku takut ia melakukan hal yang tidak baik padamu, kau sendiri paham dia itu sangat membenciku."

"Bagas tidak seperti itu Mas... Aku sering berbincang dengannya saat menunggu Kakak Puspita. Tidak usah khawatir. Mas ingin tau hasilnya lebih cepat bukan? Agar tidak kepikiran saat kita bercinta."

Kuncoro berfikir, lalu mengangguk. "Baiklah,

Setengah mati Ratni menyembunyikan perasaan senangnya. Ia begitu antusias pergi ke Kota. Tempat yang dahulu merupakan sebuah kemewahan yang luar biasa baginya. Saat Suaminya pergi bekerja. Ratni membongkar lemari ia mendapatkan celana dan jaket jeans lalu mengambil Canvas Sneaker berwarna putih milik Puspita sewaktu muda. Setelah itu Ratni langsung mencoba baju dan sepatu yang ternyata sangat pas dengan ukuran tubuhnya.

***

"Ini semua biji kopi kita Ron?" tanya Bagas sambil memilah-milah biji kopi yang baru dijemur.

"Iya Den, masih ada lagi di belakang Den. Masih dikarungin sama Diwan. Hasilnya bagus Den kayak gemuk-gemuk gitu."

Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang