52. Waktunya Hampir tiba

525 8 0
                                    


Sangat kotor.

Itulah rencana Kuncoro, Rusmidi sangat bisa membaca rencana itu. Ia sudah mengerti bagaimana cara kuncoro bergerak. Tinggal menyewa preman pasar yang sudah tidak punya tujuan hidup. Cara mereka bergerak pun serampangan. Ditangkap, dimutilasi dan dibakar. Kuncoro tidak menyangka rencananya gagal. Kalau dulu ada orang-orang atas yang membantunya, kini ia bergerak sendiri. Hanya untuk urusan pribadinya. Ia-pun tidak menyangka kalau dirinya gagal mendapatkan harta kekayaan yang mengagumkan itu.

Kini Hatinya cemas. Bagas hilang tak Nampak batang hidungnya. Warga Desa dan para pegawai pabrik diam seribu Bahasa. Mereka memilih diam daripada berbicara, meskipun mereka tau dimana pria itu berada. Ketegangan berlanjut saat Kuncoro menyuruh preman untuk mencari empat orang temannya yang hilang. Ditemukan hanya mobil sewaan yang dibakar dan tulang belulang yang gosong. Kuncoro cemas akan apa yang direncanakan warga, banyak preman yang berkeliaran yang ia bayar di Tegalbiru. Jika malam tiba, satu demi satu hilang. Sampai-sampai mereka mundur perlahan. Tegalbiru seolah mempunyai aura gaib yang diciptakan seorang Puspita yang melindungi warga desanya.

Kuncoro duduk dan berpikir, ia menghirup rokok di teras depan rumahnya yang menghadap ke kebun. Ratni menggendong Winata agak jauh karena tidak mau asap terhirup oleh si kecil itu. Naluri keibuannya mengantarkan ia berlaku seperti itu. Jauh dari sana ia merindukan kehadiran Bagas yang ia benar-benar cintai. Tetapi karena kekalutan suaminya iapun bisa sedikit bernafas lega karena tidak ada yang menuntutnya lagi.

"Ratni..." Panggil Kuncoro saat duduk dan meatikan asap rokoknya.

"Iya Mas."

"Penghasilanku esok hanya dari kebun yang tanah yang kumiliki sekalipun secara hukum itu akan menjadi milik Bagas karena surat sialan itu."

"Benar Mas."

"Aku akan berusaha melakukan apapun untuk membesarkan anak kita. Karena menurutku ialah harta yang paling berharga yang kita punya."

"Iya mas. Benar."

"Dulu aku sangat panik, dulu jaman amat sulit. Jadinya aku memberikan perjanjian itu. Aku hidup susah dan tertindas oleh kompeni, dan aku ingin membalasnya pada mereka. Keluarga ini dulu adalah keluarga kompeni yang baik. Mereka membantu masyarakat yang bodoh-bodoh ini Bertani dan berkebun. Sampai mereka bisa bekerja dengan baik. Namun, tetap saja aku membenci mereka karena seharusnya Kamilah yang kaya. Aku berhasil menikahi anaknya, tapi ternyata Puspita cukup picik, ia tidak memberikan segalanya padaku sebagai suaminya. Padahal kalau saja, Si anak busuk itu memberikan hartanya padaku hidup ini pasti menjadi lebih baik. Sekarang tanpa harta itu aku tidak bisa meyakinkan pak Camat untuk membangun desa ini. Akan kulakukan apapun untuk mengambil hartaku yang telah diberikan pada Bagas."

"Yah sabar Mas, nasi sudah menjadi bubur. Apa boleh buat, memang begitu adanya. Aku sudah setia padamu, dan kau sudah menolong keluargaku, aku akan tetap di sisimu demi anak kita." Kata Ratni.

"Terima kasih cintaku, kau adalah wanita yang paling aku cintai di dunia ini. Aku bangga memilikimu. Kau sangat pengertian dan sangat bisa membahagiakan suami."

"Apalah kebahagiaan seorang istri tanpa suami yang tersenyum Mas?"

"Iya benar. Akhir-akhir ini aku banyak pikiran. Ah, aku terlalu bernafsu akan segalanya. Tapi tetap saja sampai kapanpun aku akan menuntut hakku. Karena aku suami Puspita yang sah, ayah Bagas, harusnya aku yang ber-hak atas semua ini."

"Iya Mas. Kebenaran pasti akan menemukan jalannya."

Setelah itu Kuncoro menyeruput kopi tubruknya sampai habis. Ia memang selalu merasa ada yang aneh dalam dirinya saat selesai menyeruput kopi kesukaannya. Tapi ia abaikan tanda-tanda di dalam tubuhnya itu. Saat ia akan menuju pintu kamar, tiba-tiba kepalanya pusing dan matanya berkunang-kunang. Jantungnya berdegub kencang dan tidak stabil. Seketika itu juga ia jatuh terjerembab. Ia mengejang. Ratni berteriak memanggil para Pegawai. Kemudian mereka membawa pak Kuncoro ke puskesmas.

Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang