Di atas dipan bamboo Bagas bangun dengan berselimutkan sarung. Pakaian yang masih sama masih dikenakannya. Di rumah pak Koko Bagas merasa cukup tenang, dimana aroma gorengan tempe dan suara sibuk di dapur terdengar. Bagas pergi ke depan teras lalu mencuci mukanya dari air di kendi kemudian menegak air yang dingin dan sangat segar itu.
"Den Bagas silakan makan dulu sebelum pulang. Dan ini ya Den titipan untuk Ibu, tadi pagi saya belikan ketan dan saya buatkan bubur injin." Kata Istri pak Koko.
"Wah, tidak usah repot Bu, Pak Koko kemana?"
"Sedang ngarit Den, mencari makanan untuk kambing."
Bagas mengangguk lalu duduk di teras sambil menikmati fajar yang menyingsing. Dengan kopi dan tempe mendoan. Diambilnya jaket kulit dan dilihatnya coklat yang masih ada di sana. Sejenak Bagas duduk sambil ngobrol dengan Anak pak Koko yang akan berangkat sekolah. Kemudian Bagas mengantar mereka lalu pulang ke Bukit gedang.
***
"Aku pergi dulu ya sayang." Kata Kuncoro sambil membenarkan Dasi di depan mobil Toyota Corona tahun 1960-an berwarna hitam, Jum sudah di dalam mobil bersiap.
Ratni mengangguk sambil tersenyum seadanya, kemudian keningnya dicium. Diserahkannya tas kerja Kuncoro. Ia memandang garasi, hanya ada Mobil Datsun, Toyota land Cruiser, sepeda dan 3 Mobil pickup Daihatsu Hijet berbagai jenis. Motor Royal Enfield belum tiba di sana.
"Kau melihat apa Ratni?" Kata Kuncoro yang ikut memandang Garasi sebelum ia masuk ke dalam mobil.
"Ah tidak Mas. Tidak apa-apa." Kata Ratni sambil tersenyum menutupi ke engganannya. "Hati-hati dan cepatlah pulang."
"Pasti! Untuk istriku tercinta. Aku akan segera pulang jika pekerjaan selesai." Kuncoro mengamit dagu indah Ratni bak lebah menggantung.
Setelah itu Kuncoro memasuk mobil, berlalulah mobil itu meninggalkan rumah. Ratni masih seorang diri berdiri di sana. Ia membenarkan rambut panjangnya yang tiba-tiba diterbangkan angin. Kemudian merapikan kebaya putihnya. Lalu berjalan menuju dapur, dilihatnya Bi minah sedang memasak.
"Pagi Nyi, ada apa pagi-pagi kemari?" Sahut Bi Minah.
Ratni tersenyum sambil menggeleng pelan. Kemudian ia melihat-lihat dapur gaya Belanda yang alat-alatnya sangat lengkap. "Bi, akum au tanya."
"Iya Nyi, silakan."
"Bagas kalu pergi ke kota sampai berapa lama?"
"Tidak tau Nyi, pernah sampai berbulan-bulan karena menunggu Nyi Puspita. Tapi kalu Nyi Puspita di rumah, biasanya satu hari atau kadang tiga hari. Tergantung kesibukannya Nyi."
"Hmm..." Kata Ratni santai. "Bua tapa Bi?"
"Biasa Nyi, sedang buat makan siang. Nyi senang makan apa?"
"Ah apapun saya gemari, mungkin sapi, atau rendang, atau kambing guling."
"Baik Nyi, di sini kami sering memasak itu." Kata Bi Minah.
"Bi, kalau Bagas senangnya makan apa Bi?"
"Dia senang makan hasil buruan Nyi, apapun yang ditangkap di hutan, dia juga senang makan sayur pare dan bunga papaya."
"Wah, senang makanan pahit rupanya."
"Iya Nyi." Kata Bi Minah sambil memasak.
"Bi, bolehkah saya membuat dadar gulung di sini? Saya lihat ada gula merah dan kelapa parut."
"Maaf Nyi, biar saya saja. Nanti saya buatkan."
"Sudah... tidak usah repot Bi biar saya saja, lagipula saya bosan tidak tau ingin melakukan apa." Kata Ratni sambil mengambil baki dan sendok kayu. Saat mencampur adonan, dari kejauhan terdengar suara raungan motor. Ratni tersipu sendiri mendengar suara itu. Rasa hatinya meneduh, terlebih saat pintu dapur dibuka, dan Bagas masuk dengan membawa besek berisikan bubur injin yang dialpisi daun pisang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)
RomanceStory selesai ditayangkan di : https://karyakarsa.com/mrsundaynight/dendam-anak-tiri Harga Full Story Rp.21.900 #3 drama (20-Jul-22) Tragedi selalu menyisakan dendam. Karma selalu memainkan perannya di sela-sela waktu yang indah. Ia datang, ia per...