41. Kemesraan Terlarang yang enggan berlalu

3.3K 111 17
                                    


Dengan agak memaksa Ratni mengambil kain untuk menutupi tubuhnya yang kedinginan. Saat dua Langkah berjalan ia pun harus memegang tembok. Kakinya tidak bisa terlalu rapat karena terasa nyeri di selangkangannya. Dengan usaha ia mencoba menghidupkan api di Paon dan memotong pisang serta mencampur tepung.

Bagas belum kunjung bangun, nyenyak sekali tidur pria itu. Ia paham pria itu bekerja begitu keras malam itu untuk memenuhi rencanya. Setelah beberapa pisang goreng matang ia membuat Kopi dua gelas untuk Bagas dan dirinya. Kemudian ia pergi ke teras duduk diam memandang halaman sunyi yang diepenuhi daun-daun kering, rumput basah, kicauan burung, suara hutan dan Motor royal Enfield yang berembun.

"Wah, aroma kopinya tercium sampai kamar." Kata Bagas sambil membenarkan ikatan kainnya di pinggul. Kemudian ia duduk santai di sebelah Ratni.

Karena terdorong rasa kemesraan, Ratni bergeser lalu duduk di pangkuan Bagas agar mendapatkan dekapan hangat dari belakang. "Jangan sia-siakan waktu selama kita masih bisa begini."

"Hmm... Manja sekali kau Bu." Kata Bagas sambil mendekap erat tubuh Ratni.

"Bermanja-manja dengan kekasih, ada yang salah tentang itu?"

"Semua yang kita lakukan sudah salah. Tapi apa boleh buat, terlalu nikmat untuk dilewatkan."

"Anak Pintar." Kata Ratni sambil tertawa.

"Bu, aku tidak begitu suka sebenarnya tempat ini. Bolehkah nanti setelah Ayah tiada rumah ini dipugar, dibangun fasilitas permandian umum yang segar, aku lihat ada lahan bagus di bawah, di dekat sini juga nanti ada dam. Sepertinya akan menjadi objek wisata yang menarik."

"Apa? Kau bisa membayangkan semua itu?"

"Tentu, dengan adanya Dam, masyarakat terjamin hasil panennya tanpa harus mengambil saluran air desa sebelah, nanti kita bisa membeli alat pembangkit listrik agar setiap rumah bisa punya lampu. TV dan Radio."

"Menurutku berkhayalmu terlalu tinggi Bagas. Tapi, alangkah baiknya jika itu terlaksana. Aku setuju! Lagi pula kenangan di rumah bukit ini sudah kembali. Sebenarnya juga Dendamku sudah mulai surut saat bersamamu. Asalkan aku bisa dibelai seperti ini olehmu."

"Jangan Bu, tetaplah pada jalan itu. Kita akan lakukan bersama-sama. Rencanaku sudah sangat matang."

"Semoga terjadi nak. Baiklah, tapi berjanjilah untuk bisa memuaskanku seperti beberapa hari di ranjang ini. Akan aku coba untuk memuaskanmu juga." Kata Ratni.

"Baiklah Bu, pantas saja semua orang menikah, rasanya sangat enak. Apalagi saat milikku, masuk..."

"Milik apa? Masuk kemana? Hah?" Ratni mencubit pipi Bagas. "Dasar kau ini! Baru diajari sudah mulai nakal." Ratni tertawa.

"Sakit Bu." Kata Bagas.

"Tapi berbicara soal itu. Jujur aku belum pernah merasa seperti malam kemarin. Kau benar-benar bisa membuatku melayang. Entah berapa kali aku mencapai puncak. Dan rajawalimu itu perkasa sekali, serasa penuh sampai perutku." Kata Ratni.

"Wah, aku tak tau kalau itu sampai menyakitimu. Aku hanya merasakan enak lalu kuteruskan. Dan Bu... Aku tau, saat pembuahan terjadi saat sperma bertemu sel telur akan membentuk zigot. Dan kau tidak membiarkan aku melepaskannya diluar rahim. Bukankah itu akan-"

"Aku tau, akupun sekolah. Aku mempelajarinya. Aku tau maksudmu nak. aku sudah berjanji akan menjelaskannya esok hari. Jangan berfikir terlalu jauh. Bukankah nikmat saat kau mengeluarkannya di dalam rahimku."

"Baik, dan aku akui itu sangat amat nikmat."

"Jadi, lakukanlah. Biar Ibu yang menjawab semuanya nanti. Ngomong-ngomong soal kita. Bisakah kau nanti mengurut pinggulku lagi?"

Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang