23. Perjaka Desa Tegalbiru

3K 102 8
                                    


Suara deru motor yang dikenali Ratni akhrinya datang. Ia bangun lalu keluar rumah, saat itu matahari sudah terbit dan pikirannya sudah sangat tenang. Semalaman ia melatih dirinya di cermin untuk menjadi pembohong handal di hadapan suaminya. Wulan turun dari Motor dengan Wajah periang kemudian ia memeluk Ibunya. Bagas melepas jaket lalu membatu membawa tas Wulan yang berisi perlengkapan menginapnya.

"Wah, ternyata kalian datang pagi sekali. Aku belum menyiapkan apa-apa" Kata Ratni.

"Tidak usa repot Bu, Apa kayu bakar masih ada?"

"Ah, kemarin sudah habis untuk memasak. Mungkin nanti Mbok Ri membawanya."

"Aku bantu potongkan ya, itu ada dahan yang sudah mati. Nanti Ayah dan Ibu juga akan datang." Kata bagas menunjuk Dahan besar yang sengaja dipotong agar tidak membentur genteng rumah.

"Wah benarkah, wah bakal ramai rumah kecil ini, Silakan Nak dipotong kayunya."

Bagas melepas bajunya, kemudian ia mengambil kapak lalu mengasahnya. Wulan dan Ibunya sibuk berbincang di teras, sambil mendengar suara keras dari potongan-potongan kayu Bagas. Saat Wulan ke kamar kecil. Ratni memperhatikan Bagas.

Hanya dengan celana Jeans dan sepatu boot. Kulit berwarna madu itu berkeringat, tangan kokoh itu mengayun kapak, Dada bidang, dan perut rata. Tubuh yang kemarin tersembunyi dibalik kaos, ternyata sebegitu kokohnya. Tubuh yang ditempa dari hutan, pekerjaan berat dan olahraga karena Bagas sering melakukan Pullup dan lari naik turun bukit.

Sinar matahri menerpa kulit pria itu. Tetesan keringat membasahi leher dan beberapa menetes dari dagu indah bagai lebah menggantung. Dalam diam Ratni mengelus dadanya merasakan detak jantung yang main berdebar, merapatkan kedua pahanya karena merasa ada yang sedikit 'basah' diantara itu. Tanpa sadar, iapun menggigit bibirnya.

Dalam pikiran 'kurang ajar' Ratni menjalar liar sebuah pertanyaan. apakah perjaka yang bernama Bagas itu 'hebat' di ranjang?

Tak lama kemudian Kuncoro datang dengan Istri pertamanya. Bagas pun langsung membantu Ibu turun bersama Jumadi dan ramailah rumah kecil itu. Ratni cukup terhibur saat mendadak mereka masak besar sedangkan Kuncoro hanya berjalan-jalan di pekarangan.

***

Dengan celana Jeans dan bertelanjang dada, Bagas tertidur cukup pulas di kamar utama yang langsung menghadap pancoran. Gemericik air yang menenangkan datang dari mata air yang dialiri ke sebuah bamboo lalu mengucurlah air yang tidak pernah berhenti dari mata air pegunungan. Kamar itu berlantai batu kali berwarna hitam, terdapat dipan Kasur kapuk yang empuk serta kelambu putih tipis. Kamar itu cukup besar, dan terbagi menjadi dua. Bagian timur tempat tidur, di bagian barat adalah pancoran tempat mandi terbuka yang banyak ditumbuhi daun paku hias.

Udara yang sejuk membuat Bagas siang itu tertidur sangat pulas. Ia sengaja meminjam kamar tempat ayah dan ibu tirinya berbulan madu dan bercinta untuk pertama kalinya. Setelah seluruh tenaga terisi Bagas terbangun karena pintu yang dibuka.

"Oh Bu, maaf aku ketiduran."

"Tidak apa nak. tidurlah lagi jika ingin."

"Maaf juga aku tidur di kamar ini. Terima kasih sudah meminjamkannya."

"Sama-sama. Ini hanya satu-satunya kamar tidur di sini."

"Iya, Kemana Wulan, Ayah dan Ibu. Senang bisa berkumpul ramai di sini tadi"

"Kakak, Mas dan Wulan sudah pulang terlebih dahulu. Tadi kau tertidur, Kakak melarang Ayah untuk membangunkanmu. Lagipula kau membawa motor, nanti kau bisa pulang sendiri."

"Ah, iya, Terima kasih Bu."

Ratni menuju pintu kamar lalu mengunci kamarnya. Hatinya berdebar namun nafasnya ia buat teratur, sampai akhirnya ia tenang dan melepas kunci kamar itu dari daun pintu. Kemudian menunjukkan kunci itu pada Bagas. Ratni berjalan menuju pancoran dan menggantung kuncinya di sana. Kemudian ia menghadap Bagas dan tersenyum.

Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang