Pemandangan yang canggung itu membuat Karmila bingung, tiba-tiba ada wanita yang Sangat Cantik memandang ketus pada Bagas dan pria itu menjadi seperti kucing kedinginan. "Eh, maaf saya ingin menjenguk Ibu Bagas." Kata Karmila Canggung.
"Iya, saya adalah Ibunya."
Karmila bertambah bingung, untuk ukuran Ratni. Bagas lebih cocok menjadi pacarnya daripada ibunya. "Bagas ini Ibu..."
"Ia Ibuku... Ibu tiri maksudnya."
"OH!" Karmila menepuk Jidatnya. "Aku sampai pangling. Maafkan saya Bu." Karmila langsung Sungkem pada Ratni
"Tidak apa-apa" Kata Ratni ketus. "Bagas Ibu memanggilmu, pengobatannya sudah selesai ia sudah sepenuhnya sadar." Ratni langsung berlalu ke kamar.
"Bagas, aku tak menyangka. Bagaimana bisa kau tinggal dengan ibu tirimu yang cantik tapi judes itu?"
Bagas tertawa kecil dan juga masih bingung. "Ah, awalnya saja ia seperti itu, nanti juga ia akan baik kalau sudah kenal."
"Ohhh... begitu, karena kata rumor dari tetanggaku, dimana-mana Ibu tiri itu jahat."
"Tidak semua Karmila, aku beruntung ibu tiriku baik."
"Baiklah, tapi ia terlihat sangat ketus." Kata Karmila sambil mengangguk.
Tak lama kemudian Karmila, Bagas dan Ratni berada dalam satu ruangan. Bagas duduk di sebelah Ibunya, memberikan bunga lalu menggenggam tangan Ibu. Bagas mencium tangan yang lembut itu dan disambut oleh senyum lemah.
"Wah sepertinya kau membawa kawan baru?" Ibu memandang Karmila. "Gadis yang cantik, siapa namamu nak?"
"Nama saya Karmila bu."
"Bu..." Kata Bagas tenang, "Ia adalah Karmila, dulu kami adalah sepasang kekasih. Maaf saya tidak pernah memperkenalkannya pada Ibu." Dan dimulailah Bagas bercerita panjang lebar tentang Karmila. Ibu mendengar dengan seksama. Ia hanya tersenyum dan memandang Karmila yang manis itu dengan tatapan sendu.
"Bagas anakku..." Kata Ibu sambil memandang Bagas saat selesai bercerita. "Kau tidak apa-apa berpacaran dengan siapapun, hanya saja jujurlah selalu dengan hatimu, lalu pada Ibu."
"Maafkan aku bu."
"Seandainya aku mengenalmu sebelum mengenal Wulan, kau pasti pantas bersanding dengan Bagas." Kata Ibu pelan.
Perkataan itu membuat Ratni terbelalak heran. Akhirnya Puspita kembali melanjutkan kata-katanya. "Tapi, kata-kata dan janji yang sudah disebut, tidak bisa dicabut. Jika itu selalu dilanggar apalah makna dari sabda? Karena ketidak jujuranmu kau akhirnya meninggalkan hati suci gadis ini. Tapi kalau memang bukan jodoh kita bisa apa? Hatiku sudah tetap pada Wulandari. Maafkan ibu tua yang cerewet ini ya nak Karmila."
Karmila tersenyum dan menggeleng. "Tidak apa Bu, Bagas sering bercerita tentangmu dan sangat bangga padamu. Maka dari itu saya datang ingin bertemu dengan ibu paling tidak sekali dalam kehidupan saya. Kalau-kalau umur kita tidak panjang kita tidak bisa saling sapa."
"Iya nak, kau sangat bijaksana, aku ingin Wulan juga menjadi sebijak dirimu, aku suka melihat wanita terdidik sepertimu. Wulan pun harus terdidik dengan benar agar pantas bersanding dengan anakku. Jika kau bertemu dengan Bagas, atau Ratni di jalan, janganlah lupa bertegur sapa. Sekalipun jauh, tapi kalian pernah dekat, karena ikatan hati itu tidak pernah lepas. Kau juga Bagas. Lain kali ceritalah jika hatimu gundah. Anak semanis ini tidak pernah kau kenalkan pada Ibumu."
"Baik Bu."
"Ah, menyenangkan sekali bertemu dengan orang baru. Sayangnya akhir-akhir ini tubuhku semakin lemah." Kata Puspita sambil membenarkan posisi tubuhnya sambil terbatuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)
RomanceStory selesai ditayangkan di : https://karyakarsa.com/mrsundaynight/dendam-anak-tiri Harga Full Story Rp.21.900 #3 drama (20-Jul-22) Tragedi selalu menyisakan dendam. Karma selalu memainkan perannya di sela-sela waktu yang indah. Ia datang, ia per...