Kecantikan janda kembang desa Lembayung itu bisa menghipnotis pria mana saja. Itu terbukti benar. Apalagi saat Wanita itu berjalan-jalan di alun-alun kota, banyak mata yang tertuju padanya, sekalipun ada pria tampan yang sudah mendampinginya. Bagas dan Ratni terlihat hanya seperti pasangan muda-mudi Kota pada umumnya. Namun, karena kecantikan Ratni yang tidak biasa membuat dirinya menjadi pusat perhatian. Kini wajahnya dipolesi bedak tipis, dan bibirnya diwarnai oleh gincu merah jambu. Sedangkan Bagas, dengan Celana Jeans ala koboi-nya terlihat sangat rupawan, ditambah lagi tubuh tegapnya yang kokoh.
Bagas dan Ratni menikmati kota layaknya sepasang kekasih. Selagi menunggu untuk menjemput Puspita selesai pengobatan, mereka berjalan di alun-alun kota. Menikmati pertunjukan sirkus, sulap, dan berciuman di Bianglala saat mencapai atas sambil memandangi kota. Ratni merasa seperti waktu berputar kembali. Saat-saat dimana kasmaran sedang melanda dirinya, dengan Bagas ia bisa melupakan Suaminya. Bagas sudah bisa mengganti posisi Almarhum Suwito, mengingat dulu mereka tidak pernah bersenang-senang seperti ini.
"Mungkin ini hari yang paling indah dalam hidupku Bagas." Kata Ratni yang sedang bersandar manja dalam rangkulan Bagas. Sambil berjalan di alun-alun kota. Pemandangan muda-mudi seperti mereka terlihat umum di sana.
"Apa Ibu tidak pernah menikmati semua ini?"
"Hanya layar tancap di Desa saja sudah merupakan hiburan mewah untukku."
"Oh, iya, kadang mereka memutar film barat juga kan?"
"Iya benar, tapi film yang diputar di gedung film lebih jernih gambarnya. Enaknya hidup di sini apa-apa ada. Apa kau sering kemari Bagas?"
"Dulu dengan kawan-kawanku. Saat kami selesai sekolah kami bermain kemari. Dan juga bersama... " Bagas terdiam sejenak.
"Karmila tercintamu itu kan? Huh! Kau sudah bersamaku masih saja memikirkan dirinya."
"Ternyata kau wanita pencemburu ya?"
Ratni mencubit pinggul Bagas karena gemas. "Cemburu itu tanda sayang Bagas. Kau ini Dasar! Tapi tidak apa-apa. Aku menikmati tubuhmu jauh lebih banyak daripada kekasih kota-mu itu." Kata Ratni ketus.
"Sudalah Bu, lupakanlah, bagaimana kalau kita menikmati kelapa muda di sana?" tanya Bagas santai.
"Ah, sepertinya menyenangkan. Ayo, Ibu juga haus."
Di bawah pohon beringin rindang terdapat tempat duduk kayu yang sudah dipersiapkan oleh pengelola taman kota. Akhirnya mereka duduk sambil menikmati segarnya es kelapa muda dari buah yang hijau. Angin semilir menerpa tubuh, membuat panas itu sedikit berkurang.
"Ah, Segar sekali. Tak terasa waktu cepat sekali berlalu, tadi kau berkata sekolahmu dulu dekat sini dimana gerangan?"
"Itu Bu, ada di ujung jalan besar."
"Oh, Bangunan Belanda besar itu? Bukankah itu sekolah amat mahal?"
"Benar Bu, di sana terdapat Asrama, para murid diwajibkan untuk tinggal di asrama selama senin sampai Jumat. Sabtu pagi mereka boleh pulang ke rumah masing-masing atau tetap tinggal di sana. Asrama pria di utara dan wanita di barat."
"Di sekolah itu banyak orangnya. Pasti kau sangat terkenal dulu." Goda Ratni.
"Ah, tidak seperti itu Bu."
"Aku membayangkan kau pasti sering mendapat surat cinta."
Bagas tertawa. "Mungkin dalam hal ini Ibulah yang sering mendapatkannya."
Ratni tersipu. "Itu soal rahasia." Ia teringat saat dirinya di masa sekolah dulu.
"Nanti Wulan akan sekolah di sana. Ibuku yang menyuruhnya. Maka dari itu ia belajar sangat giat sekarang. Agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Banyak pemimpin-pemimpin daerah menyekolahkan anak mereka di sana. Terlebih yang bandel. Agar didisplinkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)
RomanceStory selesai ditayangkan di : https://karyakarsa.com/mrsundaynight/dendam-anak-tiri Harga Full Story Rp.21.900 #3 drama (20-Jul-22) Tragedi selalu menyisakan dendam. Karma selalu memainkan perannya di sela-sela waktu yang indah. Ia datang, ia per...