55. Siksaan cinta

1.3K 13 0
                                    


Bagas tersenyum lalu membuka jaketnya. Ia duduk di dipan itu, kemudian saat Ratni selesai mengunci kursi roda dan memeriksa ikatannya. Ia datang pada Bagas dan duduk di pangkuannya. Kuncoro semakin meronta.

"Kau benar, jika ada pria yang ingin menyentuhku kau akan membunuhnya." Kata Ratni sambil membiarkan Bagas membuka kancing bajunya satu demi satu. "Kau sangat ingin membunuh anak tiriku bukan?"

"Anak tiriku yang menyimpan dendam" Sahut Ratni lirih.

"Ah, tapi ia yang bisa membuatku betahan. Sampai kami bisa menghasilkan buah cinta kami yang bernama Winata." Kata Ratni yang kini menyusui Bagas. Ia mengusap-usap kepala bagas. "Wah, kau terlihat sangat haus nak." Ratni memandang Kuncoro. "Lihat ayahmu yang mandul itu, tidak ada yang bisa ia lakukan."

Bagas tidak peduli, Susu dari gunung kembar itu dia teguk dengan rakus.

"Winata bukan anakmu Kuncoro, Winata adalah cucumu, anak dari anak kandungmu dan istrimu. Kami senang akhirnya perselingkuhan kami membuahkan hasil. Terima kasih karena sudah membantu melahirkan Bagas, anak yang tampan ini. Wanita mana yang tidak jatuh hati padanya? Bahkan istrimu yang begitu kau cintai saja jatuh dalam pelukannya. Wah, sepertinya kau haus sekali nak?"

Bagas, masih terus minum susu dari ujung gunung Ratni.

"Mari kita perlihatkan bagaimana Winata bisa lahir." Kata Ratni sambil tersenyum pada Kuncoro sambil menggigit bibir bawahnya dan berkedip genit.

Kuncoro meronta-ronta, Seluruh tenaganya ia keluarkan. Seluruh kekuatannya ia kerahkan untuk melepas ikatan itu. Ingin ia habisi Bagas dengan tangannya sendiri, ingin ia pukuli karena sudah berani menyentuh harta miliknya yang paling berharga, harta yang ia dapatkan dengan penuh manipulasi. Wanita yang seharusnya ia bisa tiduri dan melayaninya. Wanita terakhir yang ia cintai, karena selama ini Ratni memperlihatkan ketulusan yang murni, namun ternyata hanyalah pura-pura.

Amukan amarah yang tidak berguna itu kembali berlanjut. Saat Kuncoro melihat baju istrinya dibuka perlahan. Ia juga melihat anak yang ia ingin bunuh itu sudah bertelanjang dada. Kini Istri dan anaknya berciuman penuh nafsu dalam posisi masih dipangku. Tubuh mulus istri kuncoro digerayangi, bibirnya dilumat habis lidah-lidahnya saling berbalasan dengan decap-decap penuh semangat. Pedihnya lagi, istrinya tidak pernah senafsu itu saat bersamanya. Kini, justru orang yang dicintainya malah bercinta dengan orang yang amat ingin dibunuhnya, terlebih lagi kenyataan bahwa hasil hubungan mereka adalah anak yang ia sangat banggai. Semuanya terjadi di belakangnya dengan penuh intrik.

Bagas memandang Kuncoro. Ia meremas kedua gunung kembar Istri ayahnya. "Aku tidak mengerti mengapa kau membenciku ayah. Sampai ingin membunuhku. Harusnya kau bertanya pada dirimu. Apa yang kau lakukan kini. Apakah sebuah kebaikan?" Bagas mencium bibir Ratni. "Lihatlah, betapa nikmatnya tubuh Istrimu. Tidakkah kau menginginkannya?"

"Dia sangat ingin Bagas..." Kata Ratni genit.

"Kalau begitu kemarilah..." Kata Bagas santai. Kuncoro kembali meronta. "Oh, tidak bisa ternyata."

"Kita buat saja ia lebih ingin menikmatiku." Kata Ratni. "Aku rindu milikmu. Ingin kucium."

Kuncoro semakin meronta, entah ada gejolak apa dalam tubuh yang mendorongnya. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya. Tapi kursi roda itu tetap tidak mau melepasnya. Di depan matanya ia melihat istrinya membukakan celana Bagas. Menggenggam keperkasaan itu, mengocoknya pelan sambil tersenyum genit.

"Kau lihat kuncoro. Dibelakangmu aku menikmati ini." Kata Ratni. "Mana bisa milikmu seperkasa ini karena punyamu hanya segini" Kata Ratni sambil menunjukkan kelingkingnya. "Aku menjerit hanya karena berpura-pura. Tapi ini, bisa membuatku menjerit betulan."

Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang