Dua sejoli yang memutuskan untuk berpisah, berjalan terakhir kalinya di pinggir kota. Dimana kendaraan cukup ramai berlalu-lalang. Sore sendu yang mereka nikmati begitu shadu dengan iringan music keroncong dari pengamen pinggir jalan. Kedua tangan mereka saling bergenggaman, berjalan bersisian, menikmati waktu-waktu terakhir yang sebentar lagi akan selesai.
"Ternyata ibumu seperti yang diceritakan. Ia baik sekali. Jujur aku ingin menjadi ibu seperti ibumu, sangat kuat menghadapi kenyataan." Kata Karmila pelan.
"Yah begitulah ia, sampai kapanpun ia tetap menjadi orang yang baik hati. Entah mengapa ia harus berakhir seperti itu. Aku cukup menyesal karena dulu aku sering membantahnya." Sahut Bagas.
"Hmm... Aku sangat mengerti akan hal itu. Ditambah lagi ia harus menerima kenyataan kalau ia dimadu. Kenapa bisa perempuan sebaik itu mendapatkan perlakuan seperti itu?"
"Sekarang kau tau kan betapa dendamnya aku pada ayahku?"
"Iya, selain itu ceritamu dulu juga seperti itu. Kau dipukuli hanya karena mengganggu orang bekerja, dan juga dapat nilai jelek."
"Menurutku itu hanyalah pelampiasan. Aku dipakai pelampiasan karena Ibu sangat menyayangiku. Ayah hanya mencintai harta ibuku, ia pernah frustasi karena kekayaan itu tidak sepenuhnya jadi milik dirinya, padahal ia sangat percaya jika sudah menikah seluruh harta akan jadi miliknya. Tapi ternyata budaya kompeni berbeda"
"Dan juga ia tidak bisa berkutik saat itu, Ibu mengendalikan semua aspek kehidupannya. Sehingga Ayah tidak bisa berbuat apa-apa. Namun, saat Ibu sakit, dan diopname, Ayah menjadi seperti kuda liar, pergi kesana kemari dan menikmati kebebasannya, menggunakan harta keluarga dan lain sebagainya. Itulah yang kubenci dari dirinya. Hasil usaha dan kebaikan yang dipupuk selama bertahun-tahun pupus sudah karena kelakuannya." Kata Bagas pelan.
Kemudian sampailah mereka di sebuah bangku yang menghadap ke komedi putar dan bianglala, mereka membeli gula-gula kapas dan jagung bakar. "Ngomong-ngomong soal istri kedua ayahmu. Sekaligus Ibu Tirimu Kelihatannya kalian cukup akrab."
"Bagaimana tidak? Ia adalah ibuku, sekaligus calon mertuaku."
"Hah, itu adalah hal yang lucu. Bagaimana bisa?"
"Yah ibu menunjuk Wulandari anak kandung Ratni untuk menjadi istriku kelak."
"Tapi usia kalian bukannya jauh berbeda?"
"Iya memang. Maka dari itu Wulandari harus pergi ke kota, masuk asrama sampai sekolah tinggi lalu saat ia lulus kami akan menikah." Kata Bagas.
"Ibu tirimu sangat cantik, aku tak menyangka di desamu ada yang secantik itu."
"Iya benar, ia sangat cantik."
"Ia juga terlihat sangat amat muda."
"Kau tau Karmila?" Kata Bagas santai. "Usianya hanya berbeda 3 tahun dari usiaku."
Karmila terbelalak. "Kau tidak bercanda kan? Berarti ia melahirkan di usia yang sangat amat muda."
"Tentu saja tidak. Ia menikah usia 14 tahun, lalu melahirkan usia 15 tahun. Di desa kami itu adalah hal yang wajar, semakin cepat menikah semakin baik. Tapi saat aku ke kota pikiran itu rasa-rasanya kurang tepat."
"Aku bisa pahami itu. Lalu... " Karmila agak ragu. "Jika usia kalian berbeda sedikit. Apakah kau tidak tertarik pada ibu tirimu? Biar ia ketus seperti itu jujur sebagai seorang Gadis aku mengakui kalau ia itu sangat amat cantik."
"Sebagai lelaki iya, tapi status kami berbeda. Yah, aku hanya bisa mengaguminya. Oh iya, dan kau? Bagaimana calon suamimu?"
"Yah begitulah Bagas, aku kurang menyukainya. Tidak seperti saat kita berdua. Kita sering berbincang seperti ini, aku kurang nyaman padanya. Ia terlalu bayak menceritakan dirinya. Tidak seperti kau, hidup apa adanya. Tapi. Jelaskan padaku. Mengapa kau tidak menceritakan keberadaanku pada ibumu? Apakah aku kurang penting untukmu? Kau tidak adil Bagas. Aku saja sering menceritakan dirimu pada orang tuaku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)
RomanceStory selesai ditayangkan di : https://karyakarsa.com/mrsundaynight/dendam-anak-tiri Harga Full Story Rp.21.900 #3 drama (20-Jul-22) Tragedi selalu menyisakan dendam. Karma selalu memainkan perannya di sela-sela waktu yang indah. Ia datang, ia per...