Bagas ada di Dokter sementara Ratni menemani Puspita yang sedang dalam pengaruh obat tidur. Kini wajahnya cukup berseri karena sudah istirahat cukup dan menjalani pengobatan yang baik. Di sela-sela menunggu dokter dan perawat datang menjenguk mengecek beberapa persedian infus dan pernafasan. Ratni keluar sejenak lalu ia bertemu dengan Bagas yang sudah selesai di ruang dokter. Bagas mengajaknya duduk di bangku taman.
Bagas mengeluarkan satu plastic kecil yang dipenuhi pil putih lalu menyerahkannya pada Ratni. "Apa ini nak?" Tanya Ratni heran.
"Itu adalah rencana kita Bu."
"Maksudmu?"
"Pil itu adalah pil untuk pengobatan darah rendah, dan itu dosisnya ringan. Ayah mempunyai Riwayat darah tinggi, kau tinggal memasukkan seperempat pil ke dalam kopi atau tehnya, kalau bisa ditumbuk sampai halus. Dan itu sama sekali tidak mengubah rasa. Jika Ibu masukkan seperempat saja."
"Oh, Lalu... apa yang akan terjadi selanjutnya?"
"Jika waktunya tepat, maka ia akan terkena stroke, tapi jangan terlalu cepat, nanti banyak yang curiga. Pelan-pelan saja tapi pasti. Biarkan ia merokok, kalau bisa berilah ia arak akar, aku punya di rumah dan aku akan mencarinya. Itu juga cukup membantu untuk menaikkan tensi darahnya. Katakan saja itu adalah obat kesuburan."
"Hmm... Baiklah nak. Sepertinya ini cukup mudah."
"Iya Bu, cukup mudah. Tugasku adalah akan kubuat Ayah semakin membenciku dan tugasmu adalah membuat ia semakin mencintaimu."
Ratni tersenyum lembut. "Bagaimana bisa ia akan sangat membencimu."
"Tentu bisa. Karena semua warisan kekayaan yang ada di 4 Desa, atas Nama Ibu. Ayah berharap ia mendapatkan semua warisan itu sepeninggalan Ibu. Tetapi sayangnya, semua itu jatuh ketanganku. Selama ini aku yang mengelola semuanya, dan ia berfikir itu hanya sementara. Tetapi pada dasarnya, itu berlaku selamanya."
"Berarti bagaimana denganku?"
"Tenang Bu, Jika aku sudah mempunyai warisan itu dengan Sah, Seluruh tanah Milik ayah di Desa Lembayung dan dua Desa lainnya akan kukembalikan pada pemiliknya. Tapi dengan syarat, setengah dari tanahnya mengikuti apa yang dibutuhkan komoditi pasar, dan hanya dijual pada perusahaanku, bukan tengkulak lain. Akan kubelikan mereka truk untuk mengangkut hasil panen."
"Cerdas juga dirimu. Hmm... Kematian Kuncoro adalah berkat bagi Desa."
"Dan kehidupan baru bagi banyak orang."
"Iya benar, apakah kau tidak mencalonkan diri menjadi lurah?" tanya Ratni bersemangat
"jika rakyat setuju, aku-pun bersedia." Kata Bagas mantap. Tak lama kemudian tangan Puspita bergerak dan ia mengigau.
Saat itu sadarlah Puspita, ia sudah bermimpi berada di awan dan menceritakan semua mimpinya pada Bagas dan Ratni. Tak lama kemudian mereka bertiga makan bubur yang disediakan rumah sakit. Puspita sampai menambah dua kali, padahal itu adalah makanan yang sangat hambar. Setelah itu mereka pulang dan sepanjang perjalanan Puspita bercerita tentang kenangannya di kota.
***
Kuncoro masih mengeluh, karena ia masih juga belum melihat tanda-tanda di tubuh istri mudanya mengandung. Tetapi hal itu bisa ia lupakan karena Ratni seolah-olah bernafsu pada dirinya. Ia benar-benar dimanja layaknya seorang suami yang sangat baik. Semua keluhannya didengar dan ranjangnya dipenuhi oleh cinta, meskipun jam 11 malam Ratni menghilang dan kembali jam 3 pagi, ia tidur di kamar sebelah karena sudah malas mendengar dengkuran suaminya. Efek obat Bagas terbukti sangat mujarab, terlihat dari Kuncoro yang terkadang mengeluh dadanya agak sesak dan kepala belakangnya cukup tegang. Namun, saat akan ke puskesmas Ratni menghentikan obat sementara, dan saat cek tensi terlihat normal, bidan hanya bisa menyarankan untuk mengurangi rokok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)
RomanceStory selesai ditayangkan di : https://karyakarsa.com/mrsundaynight/dendam-anak-tiri Harga Full Story Rp.21.900 #3 drama (20-Jul-22) Tragedi selalu menyisakan dendam. Karma selalu memainkan perannya di sela-sela waktu yang indah. Ia datang, ia per...