40. Budak Nafsu

4.6K 110 35
                                    

Ratni menghentikan Bagas di depan kamar saat akan memasuki ruangan tempat mereka akan melebur nafsu di ranjang. Ia mengambil handuk lalu mengelap tubuh basahnya, ujung rambutnya dan menyibakkan rambutnya. Setelah itu ia mengelap tubuh Bagas sampai kering, karena hanya satu handuk yang mereka Bawa. Ratni memerintahkan Bagas agar terlebih dahulu berdiam di ranjang, sementara wanita itu masih sibuk mengelap rambut belakangnya.

Dengan tubuh telanjang Bagas berbaring, keperkasaannya yang besar itu sudah naik dengan sangat sempurna. Ratni mengambil botol kaca yang berisikan akar lalu membubuhi leher, ketiak, dada dan bagian bawah payudaranya dengan ramuan itu. Sementara sambil menunggu Bagas memperbaiki posisi damar agar terang kamar lebih merata.

"Minyak apa yang kau pakai itu Bu?" Tanya Bagas penasaran saat melihat Ratni mengoles seluruh tubuh telanjangnya.

"Ini kemenyan tradisional, dibuat dari 7 bunga, minyak kelapa dan akar, ini khas desa Lembayung, konon pasangan yang baru menikah akan lebih mesra saat bercinta dengan menggunakan ini. Karena aroma yang dikeluarkan sangat memikat pria."

"Jadi hanya digunakan oleh Wanita?"

"Benar, hadiah dari Ibuku saat aku menikah dengan..." Ratni tercekat saat ia akan mengatakan Ayah Bagas.

"Baik aku mengerti, peraturannya adalah tidak ada mereka dalam tiga hari ini." Kata Bagas seolah membaca pikiran Ratni. "Yang lama atau yang baru?"

Ratni tertawa. "Tentu saja yang baru Bagas, dan tidak pernah aku gunakan, karena tidak sudi. Tetapi denganmu kau sangat pantas mendapatkan yang terbaik dariku." Setelah selesai Ratni beranjak dari meja rias itu lalu berbaring di sebelah Bagas. Kini mereka berdua berbaring bersisian dengan tubuh telanjang.

Benar saja aroma tubuh Ratni menguat berkalilipat. Aroma bunga wangi yang meneduhkan itu merasuki penciuman Bagas dengan sangat liar lalu halus menyeruak saat di ujung pangkal hidung. Aroma yang menarik Bagas untuk menindih dan mencicipi setiap lekuk tubuh putih Ratni. Dari atas, disesapinya aroma tubuh wanita itu, semakin tidak tahan tubuh itu benar-benar ditindih, dipeluk seolah-olah itu adalah miliknya yang paling berharga. Diciumnya bibir manis kemerahan, aroma rempah jamu dan jahe dinikmati Bagas dengan sangat pelan, seolah satu demi satu bagian tubuh Ibu tirinya tidak boleh lepas daripada dirinya. Semakin lama semakin ia bernafsu nafasnya memburu dan dijelajahinya tubuh itu.

Ratni hanya diam dan pasrah, membiarkan Bagas bermain ditubuhnya, napas-napas pria itu menerpa bagian-bagian kulitnya. Geli-geli terpaan nafas hangat pada bagian belakang telinga, dada yang diremas, putting susu yang dikulum membuat Ratni kalut. Kaki bergerak lembut melebarkan paha, membuka gerbang hutan belantara yang sudah mulai banjir. Namun, hal yang tidak terkira terjadi, ada lidah nakal yang menjamah gerbang hutan itu. Ratni kaget ternyata kepala Bagas sudah diantara selangkangannya, menggenggam kedua paha dengan erat, sementara lidahnya menari-nari di gerbang kenikmatan. Ratni mendesah panjang, dan desahan itu menjadi sebuah jeritan rintih seorang wanita yang tersiksa oleh kenikmatan, saat daging kecil di gerbang itu dikulum lembut dan dijilat-jilat dalam mulut pria itu. Sambil sesekali lidah itu menyelip diantara gerbang yang sudah basah itu. Bajir Badang tak terelakkan, Ratni kembali mengejang hebat setelah beberapa menit Bagas mengerjainya, ia tak peduli lagi saat tubuhnya mengejang, buah dada itu diremas-remas dengan sangat gemas.

"Rasanya asin." Kata Bagas cengengesan.

Dengan terengah-engah Ratni menepuk dada bidang Bagas. "Dasar, nakal sekali dirimu, siapa yang mengajari mu seperti itu!"

"Tidak tau Bu, tadi kau memainkan burungku dengan mulut, ya sekarang giliran." Kata Bagas, seraya Ratni mengambil kain untuk mengelap wajah Bagas.

"Sekarang bagaimana aku menciummu kalau mulutmu sudah bau pep- hummpp!" Omongan itu langsung terhenti saat Bagas langsung melumat bibir Ratni.

Dendam Anak Tiri 18+ (Ending & censored version di Karya Karsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang